Warisan Terancam: Mayoritas Keluarga Asia Pasifik Belum Siapkan Strategi Waris

- Sabtu, 06 Desember 2025 | 14:18 WIB
Warisan Terancam: Mayoritas Keluarga Asia Pasifik Belum Siapkan Strategi Waris

Hanya 38 persen keluarga di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia yang benar-benar menyiapkan finansial jangka panjang untuk anak dan cucu mereka. Angka itu muncul dari survei Sun Life yang melibatkan lebih dari 3.000 responden, tersebar dari Hong Kong, Indonesia, hingga Vietnam. Cukup mengejutkan, bukan? Padahal, kalau dilihat lebih dalam, sebanyak 70 persen dari mereka sebenarnya menempatkan perlindungan keuangan keluarga sebagai prioritas utama.

Namun begitu, antara harapan dan realita ternyata masih jauh. Laporan Sun Life bertajuk "Passing the Torch: Building Lasting Legacies in Asia 2025" mengungkap fakta yang cukup ironis: meski ingin melindungi keluarga, sebagian besar justru belum punya dokumen atau strategi waris yang lengkap. Mereka berharap warisan bisa dipakai buat biaya pendidikan generasi penerus, tapi tanpa rencana yang jelas, harapan itu bisa jadi sekadar angan.

Kekhawatiran mereka nyata. Dari responden yang mengutamakan perlindungan finansial, 60 persennya cemas kekayaan yang susah payah dikumpulkan tak akan bertahan sampai ke generasi cucu. Lebih dari separuh tepatnya 55 persen merasa anak-anak mereka belum siap secara finansial untuk mengelola aset warisan. Persoalan serupa muncul di bisnis keluarga. Tanpa perencanaan suksesi yang matang, nilai perusahaan bisa tergerus begitu terjadi pergantian kepemimpinan.

Di Indonesia, tantangannya tak jauh beda. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat masih 42,7 persen. Angka inklusi keuangan memang tinggi, mencapai 85 persen. Tapi itu artinya, meski banyak yang sudah memakai produk keuangan, pemahaman tentang cara kerja, manfaat, dan risikonya masih sangat terbatas.

Bisnis keluarga pun menghadapi ujian yang sama. Bayangkan, usaha yang dibangun puluhan tahun bisa goncang, berujung pada konflik internal atau penurunan nilai, hanya karena transisi kepemimpinan tak direncanakan dengan matang.

"Kami melihat banyak keluarga di Indonesia yang sukses membangun bisnis dan kekayaan, namun belum memiliki strategi komprehensif untuk memastikan kontinuitas ekonomi lintas generasi," ujar Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Albertus Wiroyo.

Menariknya, keinginan masyarakat Asia soal warisan ternyata lebih dari sekadar bagi-bagi harta. Sebanyak 59 persen responden ingin warisannya dialokasikan ke instrumen yang mendorong pertumbuhan jangka panjang seperti investasi, asuransi jiwa, atau pengembangan bisnis keluarga. Mereka ingin aset itu terus berkembang, bukan habis begitu saja.


Halaman:

Komentar