Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) malah mencatat defisit lebih besar, yakni USD 6,4 miliar atau sekitar Rp 107,05 triliun. Meski begitu, posisi cadangan devisa pada akhir September 2025 masih relatif aman, tercatat Rp 148,7 miliar. Jumlah ini setara dengan pembiayaan untuk 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah—jauh di atas standar kecukupan internasional yang hanya sekitar 3 bulan.
Menyikapi hasil ini, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan pernyataan resmi. "Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI," ujarnya pada Kamis (20/11). Ia menegaskan, BI akan terus memperkuat respons kebijakan, didukung sinergi yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait. Tujuannya jelas: memperkuat ketahanan sektor eksternal.
Proyeksi ke depan pun masih positif. Kinerja NPI 2025 diprediksi tetap berdaya tahan. Penopang utamanya? Surplus neraca perdagangan nonmigas yang solid, serta arus masuk penanaman modal asing yang diperkirakan akan terus berlanjut. Jadi, meski ada tantangan, fondasinya masih kuat.
Artikel Terkait
Apartemen Jakarta Mandek, Gen Z dan Milenial Ogah Beli
Akuisisi Master Print oleh Deep Source Ditargetkan Rampung Awal 2026
Hoaks Kantor Pusat DADA di Warung Kelontong Dibantah Tegas
BOGA Melonjak 25% Usai Kepemilikan Saham Beralih ke Tangan Baru