Kritiknya berlanjut dengan menyentuh kondisi sosial ekonomi. Jansen menyebut Indonesia sebagai negara yang sangat miskin, namun warganya memiliki smartphone mahal. "Saya main di sana saat pandemi. Indonesia negara sangat miskin, tapi semua punya smartphone dan Instagram sangat populer di sana," katanya.
Kondisi ini, menurutnya, menciptakan budaya media sosial yang toxic bagi pemain sepakbola. Ia mengaku sering mendapat tekanan dari netizen Indonesia yang dikenal ganas. "Kalau gagal mencetak gol, saya mendapat saran untuk tidak membuka media sosial selama dua hari," tutur Jansen.
Langkah PSSI Membenahi Sepakbola Indonesia
Di tengah kritik tersebut, PSSI di bawah pimpinan Erick Thohir terus melakukan berbagai perbaikan. Pembinaan usia dini menjadi fokus utama, yang diwujudkan melalui kompetisi Elite Pro Academy (EPA) untuk kelompok usia U-16, U-18, dan U-20.
Peningkatan kualitas kompetisi liga juga tidak diabaikan. PSSI berupaya meningkatkan kualitas wasit dan mulai menerapkan teknologi Video Assistant Referee (VAR). Semua upaya ini bertujuan akhir untuk menciptakan Timnas Indonesia yang lebih kuat dan kompetitif.
Meski gagal lolos ke Piala Dunia 2026, perjalanan Timnas Indonesia tidak berhenti. Masih ada target-target lain seperti Piala AFF 2026, Piala Asia 2027, dan Kualifikasi Piala Dunia 2030 Zona Asia yang menjadi tujuan jangka panjang.
Artikel Terkait
OTT KPK di Riau: Gubernur Abdul Wahid Tak Bisa Dihubungi, Diduga Terkait Proyek PUPR
Hasil Asesmen BNN untuk Onadio Leonardo: Syarat Rehabilitasi Terpenuhi?
OTT KPK Jaring Gubernur Riau Abdul Wahid: Kronologi dan Fakta Terbaru
Gedung SMKN 1 Gunung Putri Roboh Tewaskan Korban, Ini Kronologi & Jumlah Korban