Pagi itu di Dusun Bulak Pepe, Kabupaten Ngawi, hamparan hijau padang rumput terbentang luas. Puluhan kerbau berjalan beriringan, ada yang asyik berendam di aliran sungai kecil yang membelah desa. Ini bukan sekadar pemandangan peternakan biasa. Lebih dari itu, inilah potret kehidupan tradisional yang masih bertahan, hidup dan berdenyut, di Kampung Kerbau Bulak Pepe.
Di sini, hidup memang bergantung pada kerbau. Secara turun-temurun, warga menggantungkan nafkah dari hewan yang satu ini. Sejak fajar menyingsing, mereka dengan tenang menggiring ternaknya ke padang penggembalaan atau ke sungai. Bagi masyarakat Bulak Pepe, kerbau bukan cuma aset ekonomi. Mereka adalah bagian dari identitas, warisan leluhur yang melekat erat dalam keseharian.
Yang unik, jumlah kerbau di kampung ini bisa mencapai ratusan ekor. Pola pemeliharaannya pun masih sangat tradisional. Kerbau-kerbau itu dibiarkan bebas berkeliaran di alam terbuka, menciptakan sebuah panorama pedesaan yang jujur dan semakin langka. Suasana alami inilah yang rupanya menjadi magnet bagi banyak pengunjung. Mereka datang ingin menyaksikan langsung, merasakan atmosfer pedesaan yang masih autentik.
Tak heran, lambat laun kampung ini mulai dikenal sebagai destinasi wisata. Wisatawan berdatangan, entah sekadar menikmati panorama, mengabadikan momen dengan kerbau, atau belajar tentang kearifan lokal warga. Di sisi lain, geliat pariwisata ini membawa angin segar bagi perekonomian masyarakat setempat.
Artikel Terkait
Waspada! Ucapan Natal Palsu Berkedok Hadiah Bisa Bobol Rekening Anda
Kementerian UMKM Gandeng MNC Kapital untuk Dongkrak Daya Saing Usaha Kecil
Pajak Triliunan Terserap, Rekening Bandel Dibekukan
KPK Telusuri Aset Tak Terdaftar Milik Ridwan Kamil