Cuaca Ekstrem dan Jalur Pantura Jadi Tantangan Utama Operasi Lilin 2025

- Selasa, 23 Desember 2025 | 07:36 WIB
Cuaca Ekstrem dan Jalur Pantura Jadi Tantangan Utama Operasi Lilin 2025

Menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2026, kesiapan pengamanan arus lalu lintas jadi perhatian serius. Korlantas Polri punya tugas besar lewat Operasi Lilin 2025. Yang bikin situasi makin rumit adalah prediksi cuaca ekstrem dari BMKG. Faktor alam ini bakal sangat memengaruhi strategi mereka, terutama di titik-titik rawan banjir dan rob.

Jalur Pantura, misalnya, masuk dalam daftar prioritas. Menurut informasi resmi, wilayah pesisir utara Jawa dari Demak hingga Brebes berisiko tinggi diguyur hujan intensitas berat. Penyebabnya? Pengaruh badai siklon yang bisa mengacaukan arus kendaraan.

Brigjen Pol Faizal, Dirgakkum Korlantas yang juga menjabat Wakaopspus Operasi Lilin 2025, mengakui tahun ini butuh kewaspadaan lebih. "Kondisi cuaca memang berbeda," katanya. Prediksi BMKG soal cuaca ekstrem diyakini bakal berdampak langsung pada kelancaran di jalan.

"Data BMKG menunjukkan adanya badai siklon tahun ini. Curah hujannya luar biasa tinggi. Salah satu titik yang paling kami waspadai adalah Pantura, dari Demak sampai Brebes dan wilayah pesisir lainnya," jelas Faizal.

Perhatian tak cuma tertuju pada jalan darat. Lintasan penyeberangan yang sangat bergantung pada cuaca juga diawasi ketat. Rute seperti Merak–Bakauheni dan Ketapang–Gilimanuk masuk dalam pengawasan karena potensi gelombang tinggi yang bisa muncul tiba-tiba.

Untuk mengatasi ini, Korlantas punya skema bernama Delay System. Intinya, kendaraan yang menuju pelabuhan akan diarahkan untuk parkir sementara. Mereka bisa menunggu di rest area atau buffer zone yang disiapkan, sampai kondisi cuaca dirasa cukup aman untuk melanjutkan perjalanan.

Karakteristik arus Nataru sendiri ternyata beda dengan mudik Lebaran. Pola pergerakannya lebih menyebar, antardaerah dan kawasan wisata. Makanya, rekayasa lalu lintas yang disiapkan pun bersifat situasional lebih fleksibel menyesuaikan kondisi lapangan.

Pemantauannya akan mengandalkan sistem Traffic Counting. Dari sana, rasio volume dan kapasitas jalan bisa terpantau real time. Baru kalau kepadatan lalu lintas terlihat meningkat terus-menerus, rekayasa akan diterapkan.


Halaman:

Komentar