“Jika Eropa tidak bersaing dengan sinyal kebijakan yang jelas dan ambisius, Eropa akan kehilangan kepemimpinan di industri penting global lainnya. Dan semua manfaat ekonomi yang menyertainya,” sambung dia.
Douglas termasuk yang menandatangani surat terbuka kepada Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, pada September lalu. Surat bertajuk “Take Charge Europe” itu mendesak agar target nol emisi 2035 tetap dipertahankan, tanpa kompromi.
Dukungan datang dari berbagai eksekutif senior perusahaan seperti Cabify, EDF, hingga Iberdrola. Tapi tekanan mereka rupanya belum cukup. Industri otomotif lama, dengan kontribusi 6.1 persen terhadap total lapangan kerja di Uni Eropa, punya suara yang lebih berat. Lobi mereka berhasil.
Akibatnya, debat panas kini terjadi di kalangan startup dan pelaku bisnis hijau. Mereka mempertanyakan jalan terbaik bagi Eropa. Bagaimana caranya tetap kompetitif dalam transisi energi, sambil tidak mengorbankan ambisi iklim yang sudah dicanangkan? Pertanyaan ini yang masih menggantung, menunggu jawaban nyata dari Parlemen Eropa yang akan memutuskan nasihal revisi ini.
Artikel Terkait
Program MBG Ubah Nasib Peternak Itik Madiun, Omzet Telur Asin Naik Ribuan Persen
VinFast Subang Fokus Garap VF 3, MPV Listrik Limo Green Menyusul
Akses Darurat Tarutung-Sibolga Akhirnya Dibuka Usai Longsor
Gempa 5,8 SR Guncang Laut Timur Melonguane Dini Hari