Di kamp pengungsi Nuseirat, tiga warga Gaza tewas dalam serangan yang menimpa rumah di samping Rumah Sakit Al Awda. Sementara di Kamp 2, tujuh nyawa lagi melayang akibat hantaman militer Zionis.
Bukan cuma serangan udara yang merenggut korban. Pasukan Israel juga menembak dan melukai tiga warga Palestina di dekat kamp pengungsi Al Bureij, Gaza Tengah, serta kamp Jabalia di Gaza Utara.
Menyikapi insiden ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) punya klaim sendiri. Mereka menyatakan menyerang seorang pria bersenjata yang diduga melewati garis kuning. Namun begitu, klaim semacam ini kerap dianggap tak berdasar, sekadar pembenaran untuk terus membunuh warga Gaza meski gencatan senjata sedang berlaku.
Faktanya, militer Israel masih menduduki lebih dari 50 persen wilayah Jalur Gaza. Mereka membentangkan garis kuning sebagai pemisah wilayah penarikan pasukan, tapi kenyataannya justru memperlebar area operasi.
Belakangan, tentara Zionis bahkan meningkatkan serangan di sebelah timur garis kuning. Akibatnya, wilayah yang luas hancur berantakan. Zona-zona di sekitarnya pun jadi sangat berbahaya bagi warga sipil yang tak bersenjata.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan hampir 70.000 orang. Mayoritas korbannya perempuan dan anak-anak. Lebih dari 170.800 lainnya menderita luka-luka, hidup dalam trauma yang tak kunjung usai.
Artikel Terkait
Geliat Nouvelle Vague Menyapa 14 Kota di Festival Sinema Prancis 2025
BYD Atto 1 Guncang Pasar, Penjualan Mobil Listrik Melonjak 243%
Gibran Soroti Kesenjangan Pembiayaan Global di Ajang G20
Bogor dan Hujan: Kisah Cinta yang Tak Pernah Usai