Misteri Penerbangan Gelap: Pengungsi Gaza Diculik ke Afrika oleh Sindikat Israel

- Rabu, 19 November 2025 | 08:15 WIB
Misteri Penerbangan Gelap: Pengungsi Gaza Diculik ke Afrika oleh Sindikat Israel

ANKARA - Sebuah kisah pengungsian tak biasa terungkap dari seorang warga Gaza yang menjadi bagian dari 153 pengungsi yang terdampar di Afrika Selatan melalui penerbangan carter misterius. Bashir, pria asal Khan Younis yang hanya bersedia menyebutkan namanya, menceritakan perjalanan panjangnya keluar dari wilayah konflik tersebut.

Bermula dari pencarian di internet tentang cara meninggalkan Jalur Gaza, Bashir menemukan organisasi bernama Al Majd Eropa. Melalui akun Facebook organisasi tersebut, dia menghubungi nomor telepon yang tercantum dan dijawab oleh seorang pria Palestina bernama Moayad yang berada di Indonesia.

Moayad mengklaim sebagai perwakilan keluarga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza setelah perang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023. Dia menawarkan kesempatan kepada Bashir untuk terbang ke Indonesia dengan biaya 1.400 dolar AS per kursi pesawat.

"Saya hanya punya 1.600 dolar. Saya membayar uang itu karena hidup kami di Gaza seperti neraka," kata Bashir kepada Anadolu, dikutip Rabu (19/11/2025).

Setelah mentransfer uang ke rekening bank milik seseorang dari keluarga Zaqout, Bashir mulai menerima instruksi yang penuh misteri. Pesan pertama datang pukul 10.00 waktu setempat, mengarahkannya ke suatu lokasi di Khan Younis. Pesan berikutnya pukul 22.00 memintanya pergi ke restoran Fish-Fresh dekat pos Palang Merah pada pukul 03.00.

Di lokasi tersebut, tiga bus telah menunggu. Bashir naik bus nomor 2 yang mengantarnya ke pintu perbatasan Kerem Shalom. Meski tidak melihat kehadiran tentara Israel, seluruh perjalanan ternyata sepenuhnya berada di bawah kendali militer Israel.

Para penumpang diperintahkan melepas sepatu dan jaket, hanya boleh membawa obat-obatan. Mereka diberi gelang yang harus tetap digunakan hingga tiba di Bandara Ramon, Israel. Proses pemeriksaan paspor dilakukan tanpa pemberian stempel.

Yang mengejutkan, tujuan yang semula dijanjikan Jakarta ternyata berubah diam-diam. "Mereka mengubah tujuan ke Afrika Selatan dan mereka tidak memberi tahu kami," ujar Bashir.


Halaman:

Komentar