Dampaknya pada peringkat FIFA pun luar biasa buruk. Dari posisi 91, Indonesia merosot bebas ke angka 149 dalam rentang kepelatihannya. Padahal, sebelumnya, tim ini sempat stabil di top 100 dan bahkan mencapai ranking terbaiknya, 76, di tahun 1998. Rentetan kegagalan itu berujung pada pemecatan Withe di awal 2007.
Simon McMenemy: Janji yang Tak Kesampaian
Lompat beberapa tahun kemudian, datanglah Simon McMenemy. Ia mengambil alih pada Januari 2019. Awalnya sih, ada secercah harapan. Kemenangan 2-0 atas Myanmar di Maret 2019 sempat bikin optimisme mekar.
Tapi, seperti kata pepatah, langit tak selalu cerah. Performa tim langsung ambruk ketika memasuki Kualifikasi Piala Dunia 2022. Hasilnya? Sungguh memilukan. Empat pertandingan, empat kekalahan. Tiga di antaranya terjadi di kandang sendiri, GBK, saat berhadapan dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Suasana stadion yang dulu diharapkan menjadi benteng, justru menjadi saksi bisu kekalahan beruntun.
Secara total, catatan McMenemy sangat tidak menggembirakan: dari tujuh laga, cuma dua yang dimenangi. Tim kebobolan 18 gol, sementara hanya mencetak 12. Rekor yang jelas-jelas tak bisa dipertahankan.
Kini, dengan latar belakang kelam itu, semua mata tertuju pada John Herdman. Ekspektasi publik tentu saja membumbung tinggi. Pertanyaan besarnya: bisakah pria asal Inggris ini memutus rantai kegagalan dan membawa angin segar? Atau jangan-jangan, sejarah hanya akan berulang?
Jawabannya, tentu saja, hanya waktu yang bisa memberi tahu. Tapi satu hal yang pasti, tugas Herdman tidak akan mudah. Ia bukan cuma harus mengolah taktik dan mental pemain, tapi juga mengusir hantu dari masa lalu yang sepertinya enggan pergi.
Artikel Terkait
Gyokeres Ukir Kemenangan Tipis Arsenal di Kandang Everton
Miguel Rodrigo Pamit dari Thailand Usai Digilas Indonesia di Final Futsal SEA Games
Bonus SEA Games Rp2 Miliar, Janice Tjen dan Aldila Sutjiadi Siap Serbu WTA Tour
Gyokeres Eksekusi Penalti, Arsenal Puncaki Klasemen Usai Tundukkan Everton