"Tidak semua jenis game aksi memiliki dampak buruk. Faktor kuncinya terletak pada bagaimana konten tersebut dikonsumsi, siapa penggunanya, dan seberapa efektif pengawasannya. Kebijakan pembatasan yang terlalu umum justru berpotensi mematikan nilai edukasi, kreativitas, dan potensi ekonomi dari industri game yang sangat besar," jelasnya lebih lanjut.
Ia juga mengakui bahwa pengawasan terhadap game online, yang bersifat lintas batas negara, merupakan tantangan yang tidak mudah. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang multi-dimensional dan melibatkan berbagai pihak.
"Solusi yang diperlukan adalah penerapan sistem rating konten yang lebih ketat dan jelas, peningkatan literasi digital dalam kurikulum pendidikan, serta peran proaktif orang tua dan keluarga dalam mengawal aktivitas digital anak. Pengawasan tidak bisa hanya mengandalkan regulasi semata, tetapi harus diperkuat dengan edukasi berkelanjutan dan keterlibatan penuh dari lingkungan sosial anak," punggas Dave menutup pernyataannya.
Artikel Terkait
Revisi KUHAP Disetujui: Kuasa Hukum Berhak Akses CCTV Pemeriksaan Tersangka
Bayi 5 Bulan Dibawa Kabur Ayah di Pesanggrahan, Kini Dikembalikan ke Ibu
Cak Imin Kunjungi SMAKBO Bogor: Dorong SMK Go Global & Link and Match dengan Industri
Kecelakaan Fatal Pesawat C-130 Hercules Turki di Georgia: 20 Tentara Tewas