Nuansa kepedulian itu tak hanya terasa di musik. Reskita Melandi Putrimantu, penari dari Sanggar Widya Pelangi, melihat langsung bagaimana acara yang memadukan Tari None Kemayoran dengan doa bersama itu berhasil menyedot perhatian.
Menurutnya, sentuhan solidaritas itu justru memberi kedalaman. “Karena saudara-saudara kita yang di Sumatera itu jadi merasa dihargai. Apalagi dengan acara yang kayak gini, yang benar-benar membangun banget,” tambah Reskita.
Di tengah kerumunan, Syifa Azharah (15), salah satu pengunjung, membenarkan hal serupa. Gadis dari Jakarta Pusat ini sama sekali tak merasa sesi doa bersama mengganggu kemeriahan. Justru sebaliknya.
Suara musik dan gemuruh tepuk tangan mungkin akan reda seiring pergantian tahun. Tapi harapannya jelas, seperti yang diungkapkan Syifa: “Semoga bisa kebantu sih kak warga Sumatera.” Malam itu, di Lapangan Banteng, euforia dan empati berjalan beriringan.
Artikel Terkait
Malam Khidmat di Bundaran HI: Drone dan Dukungan untuk Sumatera Gantikan Kembang Api
Prabowo Sambut 2026 di Tengah Warga Batang Toru, Nyanyikan Lagu Kebangsaan dan Peluk Anak-anak
Malam Tahun Baru di Bundaran HI: Sorak dan Doa untuk Aceh
Kapolda Riau: Alam Butuh Aksi Nyata, Bukan Janji Kosong