“Rumput itu sengaja kami pertahankan,” ujar Made.
Fungsinya untuk menjaga struktur tanah agar tidak gampang longsor diterjang hujan. Nantinya, rumput itu akan diolah menjadi pupuk alami. Bahkan, vegetasi liar itu juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak bagi kelompok peternak binaan di sekitar situ. Jadi, semuanya punya nilai guna.
Made menegaskan, semua proses berjalan sesuai rencana. Mulai dari pembukaan lahan, penanaman bibit di Oktober, hingga perawatan rutin. Lokasi ini masih dalam fase uji coba untuk menyesuaikan jenis benih, pola pemupukan, dan karakter tanah.
“Jagung itu tanaman yang fleksibel, tidak kenal musim. Dengan pola tanam bertapah, panen bisa dilakukan berkala. Target kami tetap mengacu standar nasional, sekitar 6-7 ton per hektare,” tambahnya.
Polresta Tangerang akhirnya menegaskan bahwa informasi yang beredar selama ini tidak sepenuhnya akurat. Gambaran yang diberikan seringkali melompati proses panjang yang sedang berjalan.
Namun begitu, mereka justru mengapresiasi perhatian publik. Kepedulian masyarakat dianggap sebagai bentuk partisipasi yang baik. Momentum ini, kata mereka, bisa dipakai untuk membangun kolaborasi yang lebih solid. Agar program ketahanan pangan ini betul-betul mencapai hasil yang diharapkan bersama.
Artikel Terkait
Polantas Galang Pertemanan dengan Ojol, Targetkan 20 Sahabat per Anggota
Lahan Kritis dan Hujan Deras Uji Ketahanan Program Jagung Polri di Banten
Tragedi Medan: Anggota DPR Soroti Kegagalan Pendidikan Kelarga di Balik Pembunuhan oleh Siswi SD
Kapolda Riau Paparkan Capaian: 90 Persen Aduan Masyarakat Tuntas di 2025