Bagi mereka, ini hal yang biasa. Orang tua pun senang karena berarti ada lauk istimewa. Mereka bisa mendapatkan puluhan ekor hewan dalam seminggu. "Pernah dapat kasuari, soa soa, tikus, ular pohon itu kesukaanku," katanya.
Dunia Baru di Asrama
Hari-hari pertama di asrama tentu tidak mudah. Rindu rumah dan adaptasi dengan teman-teman dari daerah lain di Papua yang bahasanya berbeda menjadi tantangan. Namun, dukungan dari guru dan pengasuh membantu mereka melewatinya.
Lambat laun, Sergio menemukan banyak hal baru. Ia tersenyum lebar saat menunjukkan sepatu dan tas barunya. "Di rumah tidur pakai tikar, di sini pakai kasur, enak di sini. SMP sekolah pakai sandal, di sini pakai sepatu. Sepatu dapat, baju olahraga, baju harian," jelasnya penuh syukur.
Rutinitasnya berubah total. Ia kini lebih fokus belajar dan disiplin mengatur waktu. Dan yang jelas, ia tak perlu lagi masuk hutan untuk mencari lauk. "Kalau di sini belajar, kalau di kampung berburu. Kalau di sini dagingnya beda, daging ayam, daging ikan," ujarnya.
Mimpi yang Kini Bercahaya
Dunia Sergio dan Sepnat kini lebih luas. Mereka punya teman dari berbagai latar, bahkan diajar oleh guru dari Jawa. Dari sanalah, cita-cita yang dulu mungkin tak terpikirkan, mulai mengkristal.
Sergio bercita-cita jadi pegawai PLN. Alasannya sederhana tapi mendalam: ia ingin menerangi kampung halamannya, yang baru menikmati listrik pada 2019. "Senang punya banyak teman, dapat sekolah gratis, tiap hari bisa makan tiga kali," katanya. "Cita-cita PLN karena saya di kampung ada adik tete jadi PLN. Biasa ikut sambung kabel, panjat tiang malam-malam."
Sementara Sepnat bercita-cita masuk Polri. Ia kini serius belajar Matematika dan Bahasa Indonesia untuk persiapan seleksi. "Menggambar yang kurang," seloroh Sepnat tentang kelemahannya.
Mimpi mereka memang telah melampaui apa yang pernah dibayangkan. Dari pinggiran hutan Papua, mereka kini merangkai masa depan. Kehadiran negara melalui Sekolah Rakyat membuka jalan yang dulu terlihat tertutup.
Tapi di balik tekad itu, mereka tetaplah anak-anak yang rindu pada pelukan keluarga. Sergio berharap bisa pulang saat Natal nanti, melepas rindu yang sudah menumpuk. "Sangat rindu tete nene," pungkasnya dengan nada khas. "Harus pulang ketemu sekali."
Artikel Terkait
Tukang Ojek Ditikam, Motor Dibawa Kabur, Pelaku Dibekuk Kurang Sehari
Pucuk Pimpinan NU Kumpul di Surabaya, Fokusnya Cuma Silaturahmi
Pemilu Myanmar Sepi Generasi Muda, Hanya Wajah Tua yang Tampak di TPS
Malam Mencekam di Kos Malang, Seorang Wanita Tewas Dibunuh Sesama Penghuni