Dari jendela kelasnya di lantai dua, Sergio Libert Rawai menatap gunung di kejauhan. Pemandangan itu mengingatkannya pada rumah. Gunung itu, katanya, mirip dengan Gunung Rawai di kampung halamannya yang namanya sama persis dengan marga yang ia sandang.
"Rawai nama marga saya," ucapnya, seraya menunjukkan nama di seragam putihnya.
Sudah lebih dari lima bulan ia tinggal di asrama SRMA 29 Jayapura, tanpa pulang. Kerinduan itu terasa berat. Kampungnya, Ambaidiru di Kabupaten Kepulauan Yapen, terpaut jarak yang sangat jauh. Untuk mencapainya, Sergio harus menempuh perjalanan laut hampir 30 jam, lalu dilanjutkan dengan tiga jam perjalanan darat. "Naik kapal berangkat pagi sampai pagi lagi," tuturnya menggambarkan.
Kesempatan yang Hampir Terlewat
Sebelumnya, masa depan Sergio tak pasti. Setelah lulus SMP, ia nyaris tak bisa melanjutkan ke SMA di Kota Serui. Biaya menjadi penghalang besar. Kakek dan neneknya, Simson dan Tirsa, yang merawatnya sejak orang tuanya berpisah, hanya mengandalkan hasil kebun kopi dan pekerjaan serabutan sebagai tukang bangunan. Uang itu juga harus membiayai kuliah salah satu anak mereka di kota.
"Tete tidak setuju lanjut sekolah karena tidak ada biaya," kenang Sergio. Tapi mungkin ada rezeki untuk saya.
Rezeki itu datang lewat seorang pendamping program dari Kemensos yang menawarkan tempat di Sekolah Rakyat. Program yang digagas Presiden Prabowo Subianto ini menanggung semua biaya, termasuk hidup di asrama. Awalnya, kakek neneknya yang sedang di kebun kopi sempat kaget. Tapi akhirnya mereka setuju.
Sadar akan hidup jauh dari rumah, Sergio pun mengajak sahabatnya, Sepnat Karubaba, untuk mendaftar bersama. "Saya ajak dia masuk, supaya ada teman bisa sama-sama masuk sini," katanya. Setelah sedikit perdebatan di keluarga Sepnat, akhirnya mereka berdua berangkat.
Sahabat dan Hutan
Persahabatan mereka sudah lama. Dulu, mereka berjalan kaki hampir setiap hari ke SMP, seringkali hanya bermodal sandal Swallow. Tapi lebih dari itu, hutan adalah bagian dari kehidupan mereka. Berburu adalah kegiatan rutin, baik untuk tambahan uang saku atau sekadar memenuhi keinginan makan daging.
"Kalau ingin makan daging kuskus ya berburu," cerita Sergio dengan lancar. "Saya suka berburu di hutan sama Sepnat, tembak burung, kalau malam cari kuskus, kayak kanguru pohon. Selesai jam 3 tidur menginap di goa, pagi lanjut jalan."
Artikel Terkait
Suami di Depok Ditahan Usai Aniaya Istri Hingga Harus Dioperasi Mata
Suami di Depok Aniaya Istri Hingga Butuh Operasi Mata, Kini Ditahan Polisi
Istri di Depok Jalani Operasi Mata Diduga Akibat Pukulan Suami
Kemkomdig Turun Langsung, Bantu Aceh Tamiang Bangkit Pascabanjir