Di titik pembagian tunai itu, salah satu sopir yang terlihat sumringah adalah Suminta. Pria 60 tahun itu mengaku baru saja menerima uang sebesar Rp800 ribu. Jumlah itu untuk kompensasi empat hari ia tak boleh beroperasi.
"Empat hari yang kemarin, dua hari nanti (dilarang beroperasi). Tahun Baru tanggal 31 sampai tanggal 1," ujar Suminta menceritakan jadwal larangannya.
Rasa senangnya jelas. Bagaimana tidak? Selama angkotnya diparkirkan, otomatis tak ada pemasukan yang masuk ke kantong. "Narik juga kan macet begitu, jadi minta bantuan saja," bebernya polos. Ia sempat mengantre sekitar satu jam dan telah mengisi formulir data diri sebelum uang itu akhirnya berpindah tangan.
Suminta punya harapan sederhana. Ia ingin rekan-rekan sesopir menaati aturan yang sudah dibuat. "Kalau bisa mah jangan (bandel). Kita ikuti aturan pemerintah," katanya.
Memang, bagi banyak pengemudi seperti Suminta, kompensasi tunai ini ibarat angin segar. Di satu sisi, mereka membantu mengurangi kepadatan di Puncak. Di sisi lain, kebutuhan sehari-hari selama liburan tetap bisa terpenuhi. Sebuah solusi yang, setidaknya untuk momen ini, diterima dengan suka cita.
Artikel Terkait
Gunungan Sampah Ciputat Menggerogoti Jalan, Warga Tutup Hidung
Truk Tronton Dihalau Petugas di Tol Bekasi Saat Arus Mudik
Bau Sampah Menggunung, Pedagang Bunga di Ciputat Terpaksa Berjualan Pakai Masker
Patung Macan Putih Kediri yang Dikira Kuda Nil Malah Bikin Desa Ramai Pengunjung