"Jadi ini bagian juga dari ekonomi budaya, karena budaya itu termasuk di dalam objek pemajuan kebudayaan itu termasuk juga pangan lokal, karena pangan lokal ini ada ekspresi budaya di dalamnya tidak bisa dipisahkan dari cultural expression atau ekspresi budaya," imbuh Fadli.
Festival yang mengusung tema 'Tidak Ada yang Tahu Semua Tempe' ini memang ramai. Diselenggarakan di hari bebas kendaraan bermotor, suasana jadi semakin meriah dengan beragam stan edukasi, ekonomi kreatif, hingga pertunjukan seni. Masyarakat terlihat antusias. Mereka diajak merayakan tempe dalam segala dimensinya: mulai dari tradisi, inovasi, hingga gaya hidup berkelanjutan.
Puncak acaranya? Fun Run Budaya Tempe. Lari pagi ini jadi simbol dukungan publik untuk pengusulan ke UNESCO. Setiap langkah peserta bukan cuma untuk sehat, tapi juga bentuk solidaritas. Sebuah kebanggaan kolektif bahwa warisan sederhana ini layak diakui dunia.
Pada akhirnya, semua ini menegaskan satu hal: butuh kolaborasi. Pemerintah, komunitas, akademisi, pelaku usaha, dan kita semua harus bersinergi. Hanya dengan cara itulah Budaya Tempe bisa tetap hidup, berkembang, dan menjawab tantangan zaman. Ia akan tetap menjadi identitas yang membanggakan, sekaligus pengetahuan tradisional yang punya nilai global.
Artikel Terkait
Serang Terendam: 21 Desa Porak-Poranda Diterjang Banjir dan Longsor
Rakit Darurat Terbalik, Wagub Aceh Tercebur Saat Tinjau Banjir
Ribuan Jamaah Padati Mbah Priok dalam Malam Dzikir dan Salawat
Bayi Dua Pekan di Gaza Gugur Bukan oleh Peluru, Tapi oleh Dingin yang Menggigit