Prosesnya sendiri, merujuk pada sejumlah literatur seperti karya Loudon (1983), terjadi ketika sebuah foton mengeksitasi ion ke keadaan virtual yang sangat tidak stabil. Elektronnya kemudian langsung kembali ke keadaan semula. Sederhananya, itu adalah proses hamburan cahaya oleh partikel yang sangat kecil.
Efeknya nggak cuma di Bumi lho. Hamburan Rayleigh jadi sumber opasitas penting di atmosfer planet lain. Bahkan, di beberapa eksoplanet, hamburan oleh molekul H2 diduga yang memberi warna biru pada planet tersebut. Pada bintang, fenomena ini juga signifikan karena populasi atom hidrogen netral yang sangat besar.
Menanggapi hebohnya masyarakat, Hartanto dari BMKG mengimbau agar semua tetap tenang. Jangan mudah terprovokasi oleh spekulasi yang belum jelas kebenarannya.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan kami menghimbau masyarakat untuk tetap memantau informasi cuaca resmi," ucapnya.
Jadi, sudah jelas. Langit merah itu bukan pertanda apa-apa, hanya karya alam yang kebetulan dramatis. Yang penting, tetap waspada pada informasi cuaca, tapi tak perlu dikait-kaitkan dengan hal-hal mistis.
Artikel Terkait
Bayi Dua Pekan di Gaza Gugur Bukan oleh Peluru, Tapi oleh Dingin yang Menggigit
Tito Karnavian Minta Bupati Tapteng Siapkan Data Korban Bencana, Rumah Rusak hingga Hilang
Markas Pengoplosan Gas Elpiji di Cileungsi Digerebek, 456 Tabung Diamankan
Banjir Sibolga, Kemensos Gerak Cepat dengan Bantuan Khusus bagi Penyandang Disabilitas