Dari Duel Spiritual hingga Marsiada Pari: Lokakarya PKS MPR Telisik Perekat Sumut

- Minggu, 21 Desember 2025 | 11:40 WIB
Dari Duel Spiritual hingga Marsiada Pari: Lokakarya PKS MPR Telisik Perekat Sumut

Lokakarya PKS MPR Bahas Keragaman dan Perekat Persatuan di Sumut

Di Hotel Grand Mercure Medan, Sabtu lalu, Fraksi PKS MPR menggelar lokakarya yang cukup menarik. Tema yang diangkat adalah peran suku-suku di Sumatera Utara dalam menjaga persatuan NKRI. Acara ini menghadirkan sejumlah akademisi, seperti guru besar sejarah Unimed Prof. Ichwan Azhari, sesepuh Karo Prof. Syaad Afifuddin, dan dosen antropologi Dr. Ratih Baiduri.

Pesertanya beragam, sekitar 80 orang yang datang dari kalangan perguruan tinggi, mahasiswa sejarah, hingga anggota DPRD. Beberapa nama seperti Anshori Siregar dan Ghufran Zainal Abidin dari DPR PKS juga terlihat hadir.

Pembicaraan pun berjalan dinamis. Ichwan Azhari, misalnya, menyentuh soal asal-usul Kota Medan. Menurut penelitiannya, sosok Guru Patimpus Sembiring yang dikenal sebagai penemu Medan adalah seorang muslim. Bahkan putranya disebut seorang hafiz Al-Qur'an.

Guru Patimpus sendiri berasal dari Tanah Karo dengan kepercayaan asli Pemena. Tapi dalam duel itu, seperti diceritakan Ichwan, Datuk Kuta Bangun menyajikan buah kelapa. Uniknya, air kelapa itu tak habis-habis diminum. Guru Patimpus akhirnya mengakui kekalahannya dan memeluk Islam.

Ichwan juga mengungkap fakta lain. Kapan tepatnya Medan ditemukan, ternyata tak tercatat dengan jelas. Perayaan HUT Kota Medan setiap 1 Juli, katanya, cuma perkiraan dari DPRD setempat tanpa landasan sejarah yang kuat.

Narasi sejarah lainnya yang diungkap adalah soal masuknya Islam ke Indonesia. Ichwan menyebut bukti tertua justru ada di Barus, Sumut, sekitar tahun 698 Masehi. "Bukti-bukti sejarah ini ditemukan di situs Tapanuli Tengah, ada ayat-ayat Al-Qur'an yang dipahat di koin mata uang dinasti Bani Umayyah," jelasnya.

Barus dipilih karena dulu terkenal dengan komoditas emas, kemenyan, dan kapur barus. Temuan situs itu sendiri cukup kebetulan, didapat para penggali emas setelah tertimbun tsunami antara 1833 hingga 1886.

Di sisi lain, Ketua Fraksi PKS MPR Tifatul Sembiring dalam sambutannya mencoba menjawab apa yang menyatukan keragaman suku di Sumut.


Halaman:

Komentar