"Mungkin dia merasa akan dipanggil Tuhan," kenang Prabowo.
Kata-kata sang ayah waktu itu singkat tapi penuh makna: 'Prabowo, kalau suatu saat kamu berada dalam keadaan bingung dan ragu-ragu, ingat, selalu berpihak kepada rakyatmu'.
"Itu pesan beliau, dan itu saya pegang," ujarnya.
Prinsip itulah yang kini ia terapkan, termasuk saat mengambil keputusan sulit. Ketika dihadapkan pada beberapa pilihan, pertanyaan utamanya selalu sama: mana yang paling menguntungkan rakyat kecil? "Kalau yang A jalankan, kalau B ya B, kalau C ya C." Logikanya, mereka yang sudah kuat pasti bisa bertahan. Tugas pemimpin justru membela yang paling lemah, memberdayakan mereka.
Dari sinilah keyakinannya tumbuh. Prabowo yakin Indonesia sebenarnya mampu menghapuskan kemiskinan. Syaratnya satu: praktik-praktik curang harus dihentikan total.
"Kita mampu, saya sangat yakin," serunya.
Tapi tekad itu harus dibarengi dengan tindakan nyata. Penyelundupan, penyelewengan, korupsi, dan segala bentuk tipu-menipu harus diberantas. Ia menyindir kebiasaan 'mark-up' anggaran yang gila-gilaan. "Sama dengan mencuri, sudah-sudah sekali," tegusnya. Jangan hanya karena berdasi rapi dan pintar merangkai kata, lalu ada yang berani mengakali pemerintah dan menipu rakyat. Pesannya jelas: praktik semacam itu harus berakhir.
Artikel Terkait
Gelombang Mudik Nataru Lebih Awal, Tol Jabodetabek Mulai Sesak
Gempa 5,2 Magnitudo Guncang Pohuwato, Getaran Terasa hingga Sulteng
Dialog Damai di Tesso Nilo: Warga Rela Pindah, Gajah Kembali Bernapas
Imran Khan dan Istri Divonis 17 Tahun Penjara dalam Kasus Hadiah Negara