Kondisi ini memaksa para pedagang untuk beradaptasi. Salah satunya adalah Lela, 35 tahun. Ia memilih untuk tetap berjualan di atas sisa lapaknya yang hangus. Pilihan itu diambil bukan tanpa alasan.
"Iya jualan. Emang mau di mana lagi, kan harus tetep jalan ini dagang buah," ujarnya, sambil terus mengatur pepaya-pepaya yang baru datang.
Nada suaranya terdapat campuran antara keikhlasan dan kegigihan. Bagi mereka, berdagang adalah nafas sehari-hari. Tak ada waktu lama untuk berduka; roda kehidupan harus terus berputar meski di atas puing-puing kehilangan.
Artikel Terkait
GMNI Pecat YouTuber Resbob Gara-gara Konten Rasis Terhadap Suku Sunda
Heboh Jeritan dari Mobil Boks di Exit Tol Sebapo, Ternyata Cuma Cekcok Sopir dan Kernet
Tiga Petinggi Petro Energy Divonis Bui, Negara Rugi Rp 958,5 Miliar
Dari Ladang ke Lencana: Kisah Dua Perwira Polisi yang Tak Kenal Menyerah