Namun begitu, hakim tak langsung menerima jawaban itu. Hakim mengingatkan bahwa perjanjian kemitraan mereka sebenarnya sudah tertulis hingga tahun 2039. Intinya, kerja sama itu seharusnya tetap berjalan tanpa perlu ‘hadiah’ khusus. Hakim pun mendesak Djunaidi untuk jujur.
Di bawah tekanan pertanyaan itulah Djunaidi kemudian menguraikan pemikirannya. Dia mengaku tak masalah mengeluarkan uang untuk mobil mewah tersebut. Dalam benaknya, Rubicon merah itu adalah investasi untuk motivasi.
Jadi, begitulah kira-kira alur pikirnya. Sebuah mobil Rubicon merah bukan sekadar hadiah, tapi lebih seperti stimulus sebuah cara untuk membangkitkan gairah kerja di tengah lahan-lahan sawit yang luas.
Artikel Terkait
Gus Ipul Tegaskan Pentingnya Izin Penggalangan Dana untuk Jaga Kepercayaan Publik
Kebakaran di Basement Pesantren Jagakarsa, Tiga Santri Sesak Nafas Dilarikan ke RS
Ribka Haluk Serukan Sinergi Daerah Dukung Peta Jalan Digital Indonesia
Putin Buka Pintu Kerja Sama Nuklir dalam Pertemuan Hangat dengan Prabowo