Situasi di lapangan benar-benar kacau. Banyak desa masih terisolasi, tak bisa dijangkau dari darat karena genangan air yang tak kunjung surut. Akses jalan terputus total, tertutup tumpukan material kayu, lumpur tebal, serta pepohonan dan tiang listrik yang tumbang berserakan.
Menghadapi kenyataan pahit itu, Ayahwa akhirnya menyampaikan permohonan resminya.
“Menindaklanjuti hal tersebut di atas, kami menyatakan ketidakmampuan upaya penanganan darurat bencana dan memohon kepada bapak presiden agar kiranya membantu penanganan banjir di Kabupaten Aceh Utara,”
Surat itu kini menjadi bukti betapa gentingnya situasi. Sebuah kabupaten besar seperti Aceh Utara ternyata benar-benar kelabakan, terpaksa mengibarkan bendera putih ke Istana.
Artikel Terkait
China Intensifkan Serangan Simulasi di Selat Taiwan, Intai Setiap Kapal Asing
Solidaritas PELNI: Bantuan Logistik Dikirimkan untuk Korban Banjir Bandang Sumut
Rafah Dibuka, Warga Gaza Dapat Keluar dalam Hitungan Hari
Patung Tolstoy Resmi Berdiri di UI, Fadli Zon: Langkah Nyata untuk Sastra Indonesia