Wakapolri Cerita Pengalaman Pahit di Medan Bencana
Mako Polisi Udara Pondok Cabe pagi itu ramai. Komjen Dedi Prasetyo memimpin apel pemberangkatan pasukan bantuan. Mereka akan dikirim ke daerah yang porak-poranda diterjang banjir bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Dalam amanatnya, Wakapolri itu tak cuma memberi pengarahan. Dia juga berbagi cerita pengalaman langsungnya menangani daerah bencana pengalaman yang jelas masih membekas.
Pikirannya langsung melayang ke dua puluh tahun silam. Desember 2004. Dedi, kala itu, termasuk dalam tim pertama yang mendarat di Aceh pascatsunami dahsyat.
"Ini pengalaman saya, tsunami Aceh 2004, saya bersama Bapak Kapolri pertama kali mendarat di sana. Situasi memang anomali, kacau balau. Pasukan di sana tidak akan siap menghadapi situasi yang sangat mendadak seperti itu,"
Katanya, suara terdengar berat. Kekacauan serupa terulang di Palu tahun 2018. Gempa dan tsunami yang datang tiba-tiba tak cuma meluluhlantakkan kota, tapi juga membuat aparat di daerah ikut menjadi korban. Mereka terluka, kehilangan keluarga, atau trauma. Itulah mengapa, menurut Dedi, kiriman pasukan segar dari pusat itu sangat krusial.
"Pasukan yang ada di wilayah hanya bisa bertahan cuman ya paling lama 10 hari ya. Karena dia juga bagian daripada korban yang terdampak bencana alam,"
Bayangkan saja. Korban jiwa berjatuhan hingga ribuan. Rumah sakit setempat, termasuk RS Bhayangkara, langsung kolaps. Tak ada lagi ruang, tak ada lagi alat penyimpanan yang memadai. Keadaan benar-benar darurat.
"Pengalaman saya di Palu, itu mayat itu ribuan. Rumah Sakit Bhayangkara sudah enggak cukup, alat untuk penyimpan mayat sudah tidak ada lagi. Demikian juga di Rumah Sakit Palu pada, belum rumah sakit swasta. Ya kalau teman-teman yang berangkat ke Palu pada saat itu, lihat sendiri mayat semuanya digelatakin semuanya di halaman-halaman rumah sakit,"
Artikel Terkait
Campus Immigration Point Undip: Layanan Imigrasi Lengkap Pertama di Kampus Indonesia
PDIP Serukan Empati dan Akses Obat untuk ODHA di Peringatan Hari AIDS Sedunia
Prabowo Duduk Lesehan Dengarkan Duka Korban Banjir Aceh
Ibas Pacitan: Modal dan Teknologi Digital Jadi Kunci Hidupkan UMKM dan Ekraf