Peternak Buka Suara: Middleman Dalang Lonjakan Harga Telur di Pasaran

- Rabu, 19 November 2025 | 20:50 WIB
Peternak Buka Suara: Middleman Dalang Lonjakan Harga Telur di Pasaran

Peternak Telur Bantah Tuduhan Penyumbang Inflasi, Soroti Peran Middleman dalam Lonjakan Harga

Produksi nasional dinyatakan surplus dengan harga di tingkat peternak tetap stabil di bawah batas acuan pemerintah

Asosiasi peternak telur nasional menegaskan harga jual di tingkat produsen tetap stabil meskipun terjadi gejolak harga di tingkat konsumen. Dalam rapat koordinasi yang digelar Kementerian Pertanian, para peternak menyatakan komitmennya menjaga stabilitas pasokan sembari meminta pengawasan ketat terhadap rantai distribusi.

"Saat ini kami menjual dalam koridor Kisman Rp24.000-Rp26.500 per kilogram. Tidak pernah naik. Jadi ketika harga di pasar melonjak, pertanyaannya adalah siapa yang bermain?" tegas Yudianto Yosgiarso, Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional.

Produksi Nasional dalam Kondisi Aman

Data yang diungkapkan asosiasi peternak menunjukkan produksi telur nasional berada pada kisaran 6,4 hingga 6,5 juta ton per tahun, dengan status surplus yang mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan, untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), peternak diminta meningkatkan produksi hingga 700 ribu ton secara bertahap.

"Produksi aman, surplus ada. Tidak ada kekhawatiran pasokan. Kami siap mendukung program nasional," kata Yudianto menegaskan.

Middleman Jadi Faktor Kunci Kestabilan Harga

Keluhan serupa disampaikan Yesi, Ketua Koperasi Berkah Telur Blitar, yang menyoroti peran perantara dalam rantai distribusi. Yesi mengungkapkan, lebih dari 95 persen telur peternak masih didistribusikan melalui middleman, membuat posisi tawar peternak menjadi lemah.

"Kami selalu dituduh penyumbang inflasi. Padahal harga di kandang rendah. Yang harus diawasi itu middleman. Margin mereka kadang tidak wajar, itu yang bikin harga sampai meledak di ujung," ujar Yesi.


Halaman:

Komentar