Mengapa Status Sosial Sering Dianggap Lebih Penting daripada Kebutuhan Ekonomi?
Belakangan ini, ruang publik diramaikan oleh dua perdebatan utama: pemberian stiker "keluarga miskin" untuk penerima bantuan sosial dan penganugerahan gelar pahlawan kepada beberapa tokoh. Peristiwa ini mengungkap dinamika sosial yang kompleks di masyarakat Indonesia.
Pro dan kontra yang muncul menunjukkan bahwa masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai kolektif tertentu. Namun, dalam praktiknya, nilai dan status sosial sering kali ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi, bahkan melampaui urgensi kebutuhan ekonomi dan kekuasaan.
Fungsi Nilai dan Status dalam Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat memiliki sistem nilai yang berfungsi sebagai panduan hidup. Nilai kesederhanaan, misalnya, mendorong individu untuk mencari hal yang bermanfaat, bukan sekadar pengakuan dari orang lain. Nilai-nilai ini melekat erat pada status sosial seseorang, yang kemudian menentukan posisinya dalam hierarki masyarakat. Tak jarang, pencarian status ini menjadi lebih diprioritaskan daripada kebutuhan lainnya.
Stiker "Keluarga Miskin": Antara Fungsi dan Dampak Sosial
Kebijakan pemberian stiker "keluarga miskin" memiliki dua sisi yang bertolak belakang. Di satu sisi, stiker ini berfungsi sebagai alat verifikasi partisipatif, memungkinkan masyarakat luas untuk mengawasi distribusi bantuan sosial. Ia bertindak seperti mekanisme kontrol publik yang dapat mengungkap ketidaksesuaian, seperti ketika rumah yang tampak layak ternyata menerima bantuan.
Artikel Terkait
Komisi Reformasi Polri Terima Masukan Strategis dari Gerakan Nurani Bangsa untuk Transformasi Polri
Program Makan Bergizi Gratis Brebes Berjalan Lancar, Klaim BGN
Sinergi Kemensos & BPS: Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) untuk Kebijakan Tepat Sasaran
Koperasi Desa Merah Putih Diperkuat Aplikasi Jaga Desa, Target 80.000 Unit pada 2026