"Pesantren justru unggul dalam membentuk karakter melalui keteladanan dan kedisiplinan yang diterapkan para kiai dan ustaz," ungkapnya.
Berbagai kasus kekerasan di lembaga pendidikan menjadi pengingat bagi pesantren untuk memperkuat pendampingan psikologis dan pembinaan moral. HNW juga mengingatkan kontribusi historis pesantren dalam perjalanan bangsa Indonesia.
"Sejak era perumusan BPUPK, tokoh-tokoh dari NU, Muhammadiyah, PUI, hingga perwakilan organisasi Islam lainnya memiliki akar keilmuan pesantren. Mereka memberikan kontribusi signifikan dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan NKRI," paparnya.
Peran vital pesantren tercatat dalam berbagai episode sejarah, mulai dari Resolusi Jihad 1945, Amanat Jihad 1946, hingga peran dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Tokoh-tokoh seperti Sjafruddin Prawiranegara dan Mohammad Natsir merupakan produk pendidikan pesantren yang berperan besar dalam menjaga integrasi bangsa.
"Generasi santri masa kini harus melanjutkan estafet perjuangan dengan mempersiapkan diri menyambut Indonesia Emas 2045, tanpa mengabaikan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan," tegas HNW.
Menutup paparannya, HNW mengutip pepatah bahwa untuk mengetahui nasib bangsa dua dekade mendatang, dapat dilihat dari apa yang dikerjakan bangsa tersebut hari ini.
"Dengan demikian, penguatan peran pesantren yang kita lakukan saat ini akan menentukan kualitas Indonesia di tahun 2045," pungkasnya.
Artikel Terkait
Sayap Pesawat Bekas Terbang 300 Meter, Timpa Atap Rumah Warga Bogor
Baut Jembatan Darurat Aceh Raib Dicuri, Akses Korban Bencana Terancam
Najib Razak Divonis 15 Tahun Penjara dan Denda Rp 47 Triliun dalam Kasus Korupsi 1MDB
Trump Beri Ultimatum Tegas kepada Hamas di Bawah Terik Florida