Suara Perempuan Pedalaman & Koperasi Rakyat: Realita yang Terlupakan vs Jargon Elit

- Kamis, 13 November 2025 | 06:50 WIB
Suara Perempuan Pedalaman & Koperasi Rakyat: Realita yang Terlupakan vs Jargon Elit

Esensi Koperasi Sejati yang Masih Hidup di Pedesaan

Di balik kompleksitas sistem modern, masih ada bentuk koperasi sejati yang bertahan di pedesaan. Sekelompok ibu-ibu yang menabung beras dalam kaleng untuk persediaan musim sulit, atau petani yang saling berbagi pupuk dan menghitung hasil panen dengan penuh kejujuran. Mereka mungkin tidak memiliki akta notaris, namun memiliki ikatan moral yang lebih kuat dari dokumen resmi apapun.

Solusi yang Dibutuhkan: Dari Bawah ke Atas

Rakyat tidak membutuhkan belas kasihan, melainkan pengakuan dan kesempatan. Pendidikan untuk perempuan pedalaman dan pengembangan koperasi rakyat hanya akan berhasil jika kebijakan dibuat berdasarkan kebutuhan riil dari bawah, bukan dari asumsi di atas.

Kita membutuhkan pemimpin yang mau duduk di tikar bambu, mendengarkan keluh kesah masyarakat, dan berani mengakui ketidaktahuannya tentang kehidupan di pedalaman. Suara masyarakat akar rumput seringkali dianggap remeh, padahal merekalah yang paling memahami kondisi sebenarnya.

Penutup: Belajar dari Kearifan Lokal

Perubahan sosial yang berarti hanya mungkin terjadi ketika para elit mau belajar dengan rendah hati. Belajar dari rakyat bukanlah tindakan yang merendahkan, melainkan langkah untuk mengangkat martabat kebijakan itu sendiri. Rakyatlah yang paling memahami di mana letak permasalahan bangsa ini, dan merekalah yang memiliki solusi terbaik untuk menyembuhkannya.

Pendidikan perempuan pedalaman tidak bisa diselesaikan hanya dengan teori, tetapi membutuhkan pendekatan yang memahami realitas kehidupan mereka. Koperasi rakyat tidak akan berkembang melalui seminar, tetapi melalui niat tulus untuk berbagi dan membangun bersama.

Mungkin sudah waktunya bagi para pengambil keputusan untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Karena dalam suara lembut perempuan pedalaman yang menenun sambil mendendangkan syair, tersimpan kearifan yang lebih bernilai daripada ribuan halaman penelitian.

Penulis: Penggiat Pendidikan, Pemerhati Sosial dan Lingkungan Hidup.


Halaman:

Komentar