Doomscrolling: Dampak, Bahaya, dan 4 Cara Mengatasinya untuk Gen Z

- Kamis, 13 November 2025 | 06:06 WIB
Doomscrolling: Dampak, Bahaya, dan 4 Cara Mengatasinya untuk Gen Z

Generasi Scroll: Antara Kecerdasan Digital dan Kebingungan di Dunia Nyata

Di era digital ini, dunia seolah berada dalam genggaman. Hanya dengan sentuhan layar, kita bisa mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia, mulai dari prakiraan cuaca hingga tren terbaru di platform media sosial. Generasi Z tumbuh sebagai generasi yang paling terhubung, adaptif, dan responsif terhadap perubahan teknologi.

Namun, di balik semua kecanggihan tersebut, muncul sebuah paradoks yang menarik. Meski memiliki akses informasi yang hampir tak terbatas, banyak anak muda justru merasa kebingungan menentukan apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidup. Mereka tampak cerdas dalam berinteraksi di dunia maya, namun sering kali merasa tidak siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.

Mengenal Doomscrolling: Kebiasaan yang Merampas Kedamaian

Fenomena doomscrolling telah menjadi bentuk kecanduan baru di kalangan generasi muda. Kebiasaan terus-menerus menggulir konten negatif tanpa tujuan yang jelas justru mengikis kesehatan mental. Aktivitas ini sering kali dilakukan bukan untuk mencari solusi, melainkan sebagai pelarian dari perasaan tidak nyaman atau kekosongan batin.

Generasi Scroll adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi ini. Sebuah generasi yang terus bergerak secara digital, namun sering kali tidak sampai pada tujuan yang bermakna dalam kehidupan nyata.

Kecemasan Tersembunyi di Balik Keterhubungan Digital

Di balik kelincahan jari-jari yang mengetik opini dan komentar, tersembunyi kecemasan yang tidak terlihat. Banyak anak muda yang memahami teori kesehatan mental dengan baik, namun mengalami kesulitan menerapkannya ketika gelisah datang menghampiri. Mereka mampu membuat konten edukatif yang menarik, namun merasa gugup ketika harus berbicara tatap muka tanpa dukungan filter atau efek visual.

Contoh nyata dapat kita lihat pada anak muda yang dengan fasih menjelaskan pentingnya self-care di media sosial, namun lupa makan karena terlalu asyik dengan notifikasi yang terus berdatangan. Mereka mampu membahas isu global dengan mendalam, namun merasa canggung ketika harus berinteraksi dengan tetangga di kehidupan sehari-hari.

Dunia Nyata vs Dunia Maya: Pencarian Makna yang Hilang


Halaman:

Komentar