Berdasarkan informasi yang dikumpulkannya, Isvara mengetahui bahwa tanaman pacar air memiliki sifat obat yang telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit. Tidak hanya berhenti pada budidaya, ia juga berinovasi dengan mengolah bunga pacar air menjadi minuman herbal.
Minuman herbal tersebut dikemas dalam botol plastik ukuran sedang dan dijual dengan harga Rp 8.000 per botol. Hingga saat ini, Isvara telah berhasil menjual sekitar 200 botol, menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap produk herbal alami.
Meski telah mencapai kesuksesan, perjalanan budidaya tanaman pacar air tidak lepas dari tantangan. Isvara mengungkapkan bahwa cuaca yang tidak menentu, seperti panas ekstrem yang diikuti hujan, menjadi kendala utama dalam perawatan tanaman. Selain itu, siklus hidup tanaman pacar air yang relatif pendek, yaitu sekitar tiga bulan, mengharuskannya terus memperbarui tanaman secara berkala.
Dukungan dari orang tua, guru, dan teman-teman menjadi faktor pendorong utama yang membuat Isvara tetap optimis melanjutkan proyek lingkungan ini. Ia menyatakan rasa syukurnya atas perkembangan proyek ini, yang tidak hanya meningkatkan jumlah tanaman, tetapi juga melibatkan partisipasi warga dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan secara berkelanjutan.
Artikel Terkait
Anak-Anak di 18 Provinsi Terpapar Ideologi Ekstrem, Kuasai Senjata untuk Target Sekolah
Hati-Hati, 9 Kebiasaan Cas Malam Ini Bikin Baterai Ponsel Cepat Mati
Dasco Pimpin Satgas Bencana Sumatra, Pengamat: Tanda Kepercayaan Penuh Prabowo
Mendagri Soroti Pemulihan Aceh, Tamiang Jadi Fokus Utama Jelang Kunjungan Presiden