Para aktivis masyarakat sipil menghadapi lingkungan yang semakin kompleks dalam menyuarakan kritik. Gerakan sosial seringkali dihadapkan pada narasi kontra yang menyematkan label negatif. Banyak dari mereka yang menghadapi dilema antara mempertahankan idealisme atau beradaptasi dengan realitas politik praktis. Yang tersisa adalah segelintir kelompok yang terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi meski dengan sumber daya yang terbatas.
Netizen dan Oposisi Digital
Dalam ekosistem digital, muncul fenomena oposisi baru yang diwakili oleh netizen Indonesia. Masyarakat digital ini menjadi kekuatan penyeimbang melalui ekspresi di media sosial, mulai dari konten kritik kreatif hingga analisis kebijakan pemerintah. Namun, ruang digital ini juga rentan terhadap berbagai bentuk pembatasan, mulai dari pemblokiran akun hingga operasi siber yang terorganisir.
Dalam kondisi dimana institusi formal tidak optimal menjalankan fungsi pengawasan, peran aktor non-tradisional menjadi semakin krusial. Demokrasi Indonesia menemukan napasnya melalui ruang-ruang alternatif - kantor redaksi media, forum diskusi masyarakat sipil, dan interaksi digital warganet.
Esensi demokrasi pada akhirnya terletak pada partisipasi aktif warga negara yang berani menyuarakan pemikiran kritis dan berkontribusi dalam pengawasan kekuasaan.
Artikel Terkait
Kejagung Serahkan Rp 6,6 Triliun ke Kas Negara, Begini Cara Mengamankan Uang Sebanyak Itu
Malam Khidmat di Katedral, Ribuan Umat Padati Misa Natal
DDII Jabar Tegaskan Sikap: Imbau Umat Islam Hindari Ucapan dan Atribut Natal
Setahun Memimpin, Prabowo Tegaskan Kunci Pemerintahan Efektif Ada di Meritokrasi