PT MAP Boga Adiperkasa (MAPB), pemegang lisensi Starbucks Indonesia, mencatat kerugian bersih membengkak hingga Rp108,69 miliar dalam laporan keuangan 9 bulan pertama 2025. Lonjakan kerugian mencapai 37,36% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp79,13 miliar.
Kerugian Starbucks Indonesia ini dipicu penurunan penjualan perusahaan sebesar 2,84% secara year-on-year (yoy), dari Rp2,42 triliun menjadi Rp2,35 triliun. Penurunan terjadi akibat dampak boikot Starbucks yang digaungkan masyarakat Indonesia.
Manajemen MAPB mengakui secara terbuka bahwa penurunan kinerja disebabkan narasi negatif dan boikot terhadap Starbucks secara global. Boikot Starbucks di Indonesia berhasil mempengaruhi kinerja finansial perusahaan meski operasional tetap berjalan normal.
Dampak boikot memaksa MAPB mengambil langkah strategis dengan menutup 11 gerai Starbucks dan mengerem ekspansi. Rencana pembukaan gerai baru dipangkas hanya 10-15 gerai per tahun, jauh dari target ekspansi sebelumnya.
Fenomena boikot Starbucks ini membuktikan kekuatan solidaritas masyarakat Indonesia mampu mempengaruhi kinerja perusahaan global. Gelombang boikot terbukti efektif menekan pendapatan dan mempengaruhi strategi bisnis Starbucks di pasar Indonesia.
Artikel Terkait
994 Personel Polda Lampung Siaga Antisipasi 114 Titik Rawan Bencana Saat Musim Hujan
Kurir 10,9 Kg Sabu Divonis 18 Tahun, Lebih Ringan dari Tuntutan Hukuman Mati
Razia THM Black Owl Medan: Satu Pengunjung Perempuan Positif Narkoba
Suami Hilang Usai Lamar Jadi ABK Kapal Cumi di Muara Angke, Diduga Modus Penipuan Lowongan Kerja