"Udah jarang banjir sampe jalan kalau di sini, semenjak jalan ditinggaikin. Kecuali kalau tanggul jebol, baru banjir tinggi," jelas Awan sambil memperbaiki atap terpal kendaraannya.
Angkot odong-odong miliknya melayani rute dari pelabuhan ke pasar dengan tarif Rp 2.000-5.000 tergantung penumpang. Meski jalan besar sudah jarang tergenang, Awan mengakui genangan masih sering terlihat di permukiman sekitar.
Pada saat rob datang, angkot odong-odong menjadi tumpuan warga yang terjebak genangan. Namun, dengan kondisi yang membaik, aktivitas transportasi ini kini lebih sepi.
Penyebab Banjir Rob di Jakarta Utara
Pemprov DKI Jakarta sebelumnya telah mengeluarkan peringatan potensi banjir rob pada 6-9 November. Fenomena ini bersamaan dengan munculnya Supermoon atau Bulan Purnama yang memperkuat fenomena Pasang Air Laut Maksimum (Pasang Perigee-Syzygy), menjadi pemicu utama banjir rob di kawasan pesisir seperti Muara Angke.
Kondisi Terkini Banjir Rob Muara Angke
Meski jalan utama Dermaga Ujung Dua tampak lebih siap menghadapi pasang laut, gang-gang sempit dan bangunan rendah di sekitarnya masih tetap tergenang rob. Air laut tetap menyusup ke rumah-rumah warga melalui celah-celah bawah bangunan.
Bagi warga Muara Angke, banjir rob bukan lagi dianggap sebagai bencana besar, melainkan sudah menjadi pemandangan biasa yang harus dihadapi secara rutin. Meski intensitasnya berkurang dibandingkan sebelumnya, dampaknya masih dirasakan langsung oleh masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir Jakarta Utara ini.
Artikel Terkait
Kecelakaan Maut Palembang: Truk Mogok Melaju Tak Terkendali Tewaskan Remaja 19 Tahun
Basreng Indonesia Ditarik di Taiwan: Penyebab, Aturan BPOM, dan Dampaknya
Utang Proyek Wuzz: Tanggung Jawab Pribadi atau Beban Negara?
Kunjungan Mendikbud & Gubernur DIY ke SRMA 20 Sleman: Bukti Perhatian Serius pada Pendidikan Karakter