Kriteria Pahlawan Nasional Menurut Sejarawan Bonnie Triyana: Sejarah & Kontroversi

- Rabu, 05 November 2025 | 16:00 WIB
Kriteria Pahlawan Nasional Menurut Sejarawan Bonnie Triyana: Sejarah & Kontroversi

Proses seleksi pahlawan nasional juga mempertimbangkan keterwakilan daerah dan spektrum ideologi, mulai dari kalangan Islam seperti KH Hasyim Asy'ari hingga dari spektrum kiri seperti Alimin dan Tan Malaka.

Namun, proses ini tidak lepas dari kontroversi. Bonnie mencontohkan, "Banyak masyarakat yang menyatakan protes. Misalnya, kenapa orang yang dianggap pro-Belanda bisa dipilih menjadi pahlawan nasional? Hal ini ramai terjadi seperti pada pengangkatan Ida Anak Agung Gde Agung pada tahun 2005."

Ia juga menyoroti ketatnya persyaratan pemberian gelar. "Salah satu poin pentingnya adalah calon pahlawan tidak boleh pernah terbukti melakukan hal negatif di bidang lain yang dapat mengurangi nilai-nilai perjuangannya," ujarnya.

Pandangan tentang Usulan Pahlawan dan Refleksi Sejarah

Menyikapi usulan pemberian gelar pahlawan kepada mantan Presiden Soeharto, Bonnie mengingatkan fakta-fakta sejarah masa lalu, termasuk penyederhanaan partai dan pembatasan kebebasan berekspresi.

"Dulu, partai hanya ada 3. Reformasi kemudian merumuskan kebebasan untuk mendirikan partai lebih banyak. Kebebasan berekspresi juga sangat terbatas; kritik bisa dianggap mengganggu dan berujung pada penangkapan atau bahkan penghilangan. Itu adalah fakta sejarah," tegasnya.

Bonnie juga menyoroti krisis ekonomi 1997-1998. "Krisis itu menunjukkan bahwa apa yang dibangun selama puluhan tahun ibarat raksasa berkaki tanah liat, tidak kuat menyangga," pendapatnya.

Kriteria Pahlawan Sejati Menurut Bonnie Triyana

Bonnie kemudian menyampaikan kriteria pahlawan sejati menurut pandangannya. "Pahlawan sejati bukanlah dia yang membawa dampak kesengsaraan bagi banyak orang. Bukanlah dia yang pernah membungkam suara-suara kritis aktivis dan mahasiswa."

Lebih tegas lagi, ia menyatakan, "Bukanlah dia yang merepresi kebebasan berekspresi, dan bukanlah dia yang banyak melakukan pelanggaran serta kekerasan terhadap rakyatnya sendiri. Bukan dia yang menyebabkan puluhan bahkan ratusan ribu orang hilang, tidak hanya nyawa tetapi juga harta bendanya."

Sebagai penutup, Bonnie menekankan, "Kita lihat di Waduk Kedung Ombo, di Tapos, di Cimacan, ada banyak sekali penderitaan. Oleh karena itu, pahlawan sejati semestinya adalah dia yang tidak pernah mendatangkan duka bagi rakyat atau masyarakatnya."


Halaman:

Komentar