Whoosh Sebagai Bagian dari Pelayanan Publik
Menurut Prabowo, keberadaan Whoosh tidak boleh dinilai semata-mata dari segi untung-rugi. Ia menjelaskan bahwa semua operator transportasi massal di dunia tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi lebih menitikberatkan pada manfaat bagi masyarakat.
“Di seluruh dunia begitu. Ini namanya public service obligation. Tadi disampaikan Menhub, semua kereta api kita, pemerintah subsidi 60 persen, rakyat bayar 20 persen. Ya ini kehadiran negara,” papar Prabowo mengenai skema pembiayaan Whoosh.
Profil Pembiayaan Proyek Kereta Cepat Whoosh
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung awalnya diperkirakan menelan biaya US$ 6,02 miliar. Dalam perjalanannya, terjadi cost overrun atau pembengkakan biaya menjadi US$ 7,22 miliar. Dari total biaya tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank senilai US$ 5,415 miliar.
Dengan bunga tahunan utang pokok 2 persen dan bunga untuk cost overrun 3,4 persen per tahun, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus membayar US$ 120,9 juta per tahun hanya untuk bunganya. Komitmen pemerintah membayar Rp 1,2 triliun per tahun menjadi jaminan keberlangsungan operasional Whoosh.
Artikel Terkait
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid: Modus Japrem & Sita Rp 1,6 Miliar
Topan Kalmaegi Hantam Cebu Filipina: 40 Orang Tewas, Ribuan Mengungsi
Longsor di Makasar: 5 Rumah Retak & Ambruk Akibat Saluran Air Tua
Evaluasi KKN UIN Walisongo Pasca Mahasiswa Hanyut di Sungai Kendal