Namun, ia menilai upaya tersebut perlu ditingkatkan dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berkelanjutan, serta mampu menjangkau hingga ke pelosok daerah.
"Layanan daring sangat membantu, tetapi belum semua anak memiliki akses internet. Pemerintah perlu memperkuat layanan konseling di sekolah, puskesmas, dan komunitas agar lebih inklusif," paparnya.
Pentingnya Transparansi Data Kesehatan Mental
Netty juga berharap Kementerian Kesehatan dapat memberikan penjelasan lebih rinci mengenai cakupan dan validitas data yang dirilis. Hal ini penting agar publik dapat memahami konteks permasalahan secara utuh.
"Transparansi data akan membantu publik melihat persoalan ini dengan lebih tepat. Penjelasan tentang metode, cakupan, dan validitas data sangat penting, bukan untuk meragukan hasil, tetapi agar bisa bersama-sama menentukan langkah intervensi yang paling efektif," ujarnya.
Dengan dasar data yang komprehensif, semua pemangku kepentingan dapat merancang program pencegahan dan pendampingan bagi anak yang lebih tepat sasaran.
Membangun Budaya Komunikasi yang Hangat
Netty menekankan bahwa anak-anak masa kini hidup di era tekanan digital dan ekspektasi sosial yang tinggi. Oleh karena itu, membangun budaya komunikasi yang hangat di dalam keluarga dan sekolah adalah sebuah keharusan.
"Penting untuk menciptakan lingkungan dimana anak merasa aman untuk bercerita dan meminta bantuan," pungkasnya.
Artikel Terkait
Kekuatan Politik Jokowi Dinilai Lumpuh, Relawan Utama Satu per Satu Menjauh
Polisi Gagalkan Tawuran di Kemayoran Ketapang, 6 Remaja Diamankan dan 3 Senjata Tajam Disita
Harga Singkong Anjlok ke Rp500/kg, Mentan Zulhas Sarankan Petani Gunungkidul Beralih Komoditas
Bahaya Radikalisme di Media Sosial, Satgas TMMD ke-126 Beri Penyuluhan ke Pelajar SMA