Proyek Kereta Cepat Whoosh: Sejarah Kesepakatan Jokowi dengan China vs Proposal Jepang

- Minggu, 02 November 2025 | 10:40 WIB
Proyek Kereta Cepat Whoosh: Sejarah Kesepakatan Jokowi dengan China vs Proposal Jepang

Sulfikar membandingkan bahwa perencanaan dari Jepang sebenarnya lebih baik dalam hal penentuan titik berhenti kereta. Ketika Indonesia beralih ke China, studi kelayakan yang mendalam tidak dilakukan secara maksimal. China disebut hanya menggunakan studi kelayakan yang sebelumnya telah disusun oleh Jepang sebagai dasar pembuatan anggaran.

Persaingan Jepang vs China dalam Proyek Kereta Cepat Indonesia

Proyek kereta cepat Indonesia sempat menjadi rebutan antara Jepang dan China. Awalnya, proyek ini merupakan gagasan Jepang di era pemerintahan SBY. Japan International Cooperation Agency (JICA) telah mengeluarkan dana hingga 3,5 juta dolar AS sejak 2014 untuk studi kelayakan bersama Kementerian Perhubungan dan BRIN.

Ketika pemerintahan beralih ke era Jokowi, Indonesia memutuskan membuka lelang terbuka. Jepang mengajukan proposal revisi pada 26 Agustus 2015 dengan tawaran investasi 6,2 miliar dolar AS, pinjaman dengan tenor 40 tahun, dan bunga hanya 0,1% per tahun.

Sementara China mengajukan proposal pada 11 Agustus 2015 dengan tawaran yang lebih murah, yaitu 5,5 miliar dolar AS (yang dalam realisasinya membengkak menjadi 7,27 miliar dolar AS). China menawarkan skema investasi 40% kepemilikan China dan 60% kepemilikan lokal, dengan bunga pinjaman 2% per tahun.

Perbandingan Proposal Jepang dan China:

  • Jepang: Skema Government to Government (G to G) sejak awal
  • China: Awalnya Business to Business (B to B) berubah menjadi Government to Government (G to G)
  • Nilai investasi Jepang: 6,2 miliar USD
  • Nilai investasi China: 5,5 miliar USD (membengkak menjadi 7,27 miliar USD)
  • Suku bunga Jepang: 0,1% per tahun
  • Suku bunga China: 2% per tahun (sekitar Rp 2 Triliun per tahun hanya untuk bunga)

Halaman:

Komentar