MURIANETWORK.COM - Sebuah seruan aksi besar-besaran pada tanggal 25 Agustus kini mengguncang dan makin viral media sosial.
Poster-poster digital dan tagar yang menyerukan demonstrasi massal beredar liar di platform X (dulu Twitter), TikTok, hingga grup-grup WhatsApp, berupa ajakan bubarkan DPR RI.
Tuntutannya pun bukan main-main, sebuah permintaan paling ekstrem yang pernah ada: mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Seruan radikal ini sontak menjadi buah bibir, memicu spekulasi dan perdebatan sengit.
Di tengah puncak amarah publik terhadap para wakil rakyat, banyak yang bertanya-tanya, apakah ini adalah gerakan rakyat yang nyata, atau sekadar hoax yang sengaja disebar untuk menciptakan kekacauan?
Tuntutan Ekstrem di Tengah Puncak Amarah Publik
Seruan "Bubarkan DPR" ini tidak datang dari ruang hampa.
Ia adalah puncak dari akumulasi kekecewaan dan kemarahan publik atas serentetan kontroversi yang dipertontonkan oleh para anggota dewan belakangan ini.
Gerakan ini seolah menjadi muara dari berbagai isu yang membuat rakyat muak.
Beberapa pemicu utama kemarahan publik yang menjadi bahan bakar seruan aksi ini antara lain, yakni tuntutan kenaikan tunjangan, di tengah kesulitan ekonomi, DPR justru sibuk membahas kenaikan tunjangan fantastis.
Publik dibuat murka oleh pernyataan politisi PDIP, Deddy Sitorus, yang meminta agar elite tidak dibandingkan dengan "rakyat jelata".
Selain itu, rentetan permintaan absurd seperti smoking room di kereta hingga kegagalan memahami realitas biaya hidup anak kost.
Di saat yang sama, rakyat merasa terbebani dengan berbagai kebijakan seperti potongan gaji untuk Tapera.
Hoax atau Gerakan Nyata?
Pertanyaan terbesar saat ini adalah mengenai validitas seruan aksi ini.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada organisasi atau aliansi besar (seperti BEM Seluruh Indonesia atau serikat buruh) yang secara resmi mengklaim sebagai penyelenggara.
Seruan ini menyebar secara organik dari akun ke akun, menunjukkan adanya resonansi yang kuat dengan sentimen publik, namun tanpa komando yang jelas.
Pihak keamanan dan pengamat intelijen mewaspadai kemungkinan bahwa seruan ini adalah provokasi yang sengaja diciptakan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk memancing kerusuhan atau menguji stabilitas pemerintahan baru.
Meski demikian, belum ada pemberitahuan resmi mengenai aksi unjuk rasa ini yang masuk ke pihak kepolisian.
👇👇
Bersiaplah @DPR_RI
— ¥@N'$ (@yaniarsim) August 21, 2025
25 Agustus 2025#BubarkanDPR #BubarkanDPR pic.twitter.com/DmGNrsgG88
INDONESIA AKAN LUMPUH TOTAL....
— Pengadilan Rakyat (@PngAdilnR4kyt) August 22, 2025
DPR AKAN DISERBU MASYARAKAT PADA TANGGAL 25 AGUSTUS 2025...‼️#BubarkanDPRSontoloyo#BubarkanDPRSontoloyo
🆘🆗 pic.twitter.com/1UUHBMO22Z
::
— Didiek Murdoch 🇲🇨 🇵🇸 (@didiek_murdock) August 22, 2025
25 Agustus 2025 bukan hanya sekedar tanggal tapi jadikan moment titik balik bagi fungsi DPR yg tidak sekedar jadi tikus kantoran.#TelahTibaSaatRevolusi
•• pic.twitter.com/rMVW0oPiCQ
Mungkinkah Membubarkan DPR Secara Konstitusional?
Di luar perdebatan hoax atau nyata, tuntutan "Bubarkan DPR" sendiri adalah sebuah permintaan yang secara konstitusional hampir mustahil untuk dipenuhi.
Indonesia menganut sistem presidensial dengan prinsip checks and balances, di mana eksekutif (presiden) tidak memiliki wewenang untuk membubarkan legislatif (DPR) secara sepihak.
"Membubarkan DPR akan menjadi preseden yang sangat berbahaya bagi demokrasi. Itu adalah langkah inkonstitusional yang bisa membawa negara ke dalam kediktatoran," ungkap seorang pakar hukum tata negara.
Terlepas dari apakah demonstrasi ini akan terjadi dalam skala besar atau tidak, viralnya seruan ini sudah menjadi sebuah pesan yang sangat kuat.
Ini adalah cerminan dari tingkat ketidakpercayaan dan kekecewaan publik yang telah mencapai titik nadir terhadap lembaga perwakilannya.
Menurut Anda, apakah seruan "bubarkan DPR" ini wajar sebagai puncak kekecewaan, atau sudah berlebihan dan berbahaya bagi demokrasi?
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Mentan Amran Sulaiman Disemprot Titiek Soeharto gegara Bandingkan Harga Beras du RI dengan Jepang
Mengungkap 3 Versi Lokasi Video Vulgar Jubir Morowali vs China, Ternyata Bukan di Morowali
Immanuel Ebenezer Cuman Butuh 8 Tahun dari Ojol ke Wamen, Netizen: yang Penting Skill Jilat
Lisa Mariana Ungkap Cara Ridwan Kamil Kirim Uang, Rekening Selalu Beda dan Tunai Kalau Lebih 2 Digit