"Mereka senang. Karena semakin Prabowo diserang publik, semakin tergantung dia pada jaringan lama," katanya.
Ini semua bukan kebetulan. Arbi menduga ini adalah permainan tingkat tinggi. Jebakannya dirancang agar Prabowo yang tampil di depan sebagai penanggung jawab kebijakan kontroversial, sementara aktor lama tetap aman di balik layar. "Ini jebakan konstitusional, jebakan opini publik, jebakan sejarah," paparnya. Kalau tidak waspada, dampaknya bisa fatal bagi stabilitas pemerintahan yang baru saja dimulai.
Peringatannya serius. Krisis kepercayaan publik bisa dimulai dari sini, karena isunya menyentuh hal sensitif: hubungan sipil-militer dan ketaatan pada konstitusi.
"Presiden bisa jatuh bukan karena kudeta, tapi karena kehilangan legitimasi. Sejarah Indonesia dan dunia penuh contoh seperti itu," tegas Muslim Arbi.
Jadi, apa jalan keluarnya? Ia mendesak Prabowo untuk segera mengevaluasi PP dan Perpol tersebut. Presiden harus berani mengambil jarak dari pengaruh politik lama yang masih mencengkeram. Baginya, ini adalah ujian pertama yang menentukan: apakah Prabowo akan jadi pemimpin independen, atau tetap terjebak dalam skenario warisan rezim sebelumnya.
"Kalau Prabowo ingin selamat secara politik dan sejarah, dia harus keluar dari jebakan ini sekarang juga," pungkasnya.
Hingga saat ini, Istana Presiden dan Mabes Polri belum memberikan tanggapan resmi atas kritik tersebut.
Artikel Terkait
Dewan Syariah Surakarta Soroti Izin Proyek Bukit Doa Hollyland
Menteri Minta BMKG Waspadai Perubahan Cuaca Jelang Tahun Baru
Pemerintah Pastikan Penggantian Dokumen Korban Bencana Gratis, Pengawasan Diperketat
Cuaca Buruk di Bali, Wisatawan Lokal Beralih ke Jawa