Rajab: Saat Hati yang Retak Disambung Kembali oleh Al-Jabbar

- Senin, 29 Desember 2025 | 08:50 WIB
Rajab: Saat Hati yang Retak Disambung Kembali oleh Al-Jabbar

Mengurai Makna Rajab: Dekat, Diampuni, dan Diberkahi

Bulan Rajab punya pesona tersendiri. Bagi banyak orang, namanya saja sudah terasa istimewa. Nah, kalau kita tilik dari sisi bahasa, huruf-huruf penyusun kata "Rajab" ternyata menyimpan makna yang dalam. Ambil contoh huruf jīm. Para ulama sering memaknainya sebagai Jiwār Allāh dan Jibārah Allāh. Dua konsep yang saling berkait erat.

Sebagai Jiwār Allāh, Rajab adalah bulan kedekatan. Momen di umat Islam didorong untuk mengakrabkan diri lagi dengan Sang Pencipta. Caranya? Tentu dengan membanjiri hari-hari dengan amal saleh dan menjauhi larangan-Nya. Intinya, ini saatnya memulai kembali, memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang.

Di sisi lain, ada makna Jibārah Allāh. Ini soal pengampunan dan pertolongan. Pintu maaf dan bantuan Allah terbuka lebar bagi siapa saja yang serius bertaubat. Dan kabar baiknya, kesempatan itu tak pernah benar-benar tertutup. Selama nyawa belum di tenggorokan, selama matahari masih terbit dari timur, harapan untuk diampuni selalu ada.

Lalu, dari mana asal kata jibārah ini? Penulis artikel awal menghubungkannya dengan akar kata jabara. Menurut al-Jauhari dalam kitab Al-Ṣiḥāḥ, kata ini punya beberapa arti. Salah satunya adalah "mencukupi orang yang fakir" atau "memperbaiki tulang yang patah."

Dari sini kita bisa paham. Dari akar yang sama lahir kata al-Jabbār, salah satu nama indah Allah. Juga kata al-jabīrah, yang kita kenal sebagai bidai atau gips untuk tulang yang retak.

Al-Jabbār sebagai Asmaulhusna punya dimensi makna yang kuat. Di satu sisi, Ia Maha Perkasa, yang kehendak-Nya mutlak berlaku. Tapi di sisi lain, maknanya juga lembut. Allah adalah Yang menyantuni yang lemah dengan kekuatan, yang menghibur hati yang hancur, dan menghilangkan kepedihannya. Ia bagai "bidai" bagi jiwa-jiwa yang terluka.

Nah, coba renungkan. Seseorang yang berbuat dosa, lambat laun biasanya akan menyesal. Penyesalan itu ibarat retak di hati. Lalu timbul tekad untuk berubah, mencari pertolongan agar lukanya sembuh. Proses inilah yang disebut taubat.

Dan pertolongan yang dicari itu hanya ada pada Allah. Memohon ampun kepada-Nya. Makanya, al-Jabbār sejalan dengan nama-nama-Nya yang lain seperti al-Ghaffār, al-Afwū, dan al-Tawwāb. Semuanya bicara tentang pengampunan dan penerimaan taubat.

Jadi, Jibārah Allāh punya arti ganda. Allah mengampuni hamba yang bertaubat sungguh-sungguh, sekaligus menolong mereka untuk bisa beribadah lebih baik sebagai wujud kedekatan (jiwār). Taubat yang nasuha cirinya jelas: tinggalkan yang buruk, ganti dengan yang baik.

Menariknya, kata rajab dan jabara ternyata tersusun dari huruf Arab yang sama: rā’, jīm, bā’. Cuma urutannya saja yang dibalik. Dalam kajian bahasa, ini sering menandakan kedekatan makna.


Halaman:

Komentar