“Kalau masyarakat tidak begitu banyak. Satu dua saja yang lewat,” ungkap Taufiqullah.
“Karena memang kawasan hutan, masyarakat juga tidak bisa berkebun di sana.”
Selama ini, akses keluar-masuk wilayah Suoh lebih mengandalkan rute melalui Lampung Barat menuju Liwa. Jalur itu dinilai lebih layak dan sebagian besar kondisinya sudah bagus. Hanya tinggal beberapa segmen kecil yang perlu diperhatikan.
“Kalau keluar Suoh, masyarakat lebih banyak lewat Lampung Barat ke Liwa. Jalannya sudah rigid, tinggal beberapa segmen saja,” ujarnya.
Lalu, bagaimana dengan jalan yang viral itu? Untuk sementara, Pemprov Lampung mengandalkan koordinasi dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sana. Mereka diharapkan bisa membantu perawatan darurat.
“Kita koordinasi dengan PT TEP dan PT Natarang Mining. Nanti mereka bawa alat grader supaya bisa dilewati sementara,” kata Taufiqullah.
Namun begitu, harus diakui bahwa perbaikan permanen belum akan terwujud dalam waktu dekat. Anggaran terbatas, dan daftar ruas jalan lain yang butuh perhatian masih sangat panjang.
Fokus pemerintah provinsi saat ini lebih ke ruas-ruas lain yang dianggap lebih vital. Sebut saja Kiluan–Umbar, Umbar–Putih Doh di Tanggamus, atau Kasui–Airingkih di Way Kanan, hingga Tajap–Adijaya di Tulang Bawang.
“Itu juga banyak yang belum pernah diperbaiki,” tutup Taufiqullah.
(Cha/Put)
Artikel Terkait
Billboard di Gedung Sarinah Terbakar, 15 Unit Damkar Dikerahkan
Membaca Tanpa Menalar: Ketika Literasi Hanya Berhenti di Huruf
Ekonomi Syariah 2026: Suara Global dan Strategi Keluarga di Tengah Tantangan Baru
Dosen UIM Meludahi Kasir, Polisi Siap Panggil untuk Pertanggungjawaban