Lantunan Tanjidor Pecah Keriuhan CFD, Usia Ratusan Tahun Tetap Bergema di Jantung Jakarta

- Minggu, 28 Desember 2025 | 08:12 WIB
Lantunan Tanjidor Pecah Keriuhan CFD, Usia Ratusan Tahun Tetap Bergema di Jantung Jakarta

Bundaran HI pagi itu tetap ramai, meski libur Natal dan Tahun Baru 2026 masih berlangsung. Suasana Car Free Day memang selalu semarak. Ada yang berlari, bersepeda pelan-pelan, atau sekadar jalan-jalan keluarga. Di tengah keriuhan itu, sekelompok orang dengan pakaian oranye terang dan songkok hitam rapi langsung mencolok mata.

Mereka bukan pengamen biasa. Di tangan mereka, alat musik tiup seperti trompet dan klarinet berkilau diterpa sinar matahari pagi. Ini adalah pemain Tanjidor, musik tradisional Betawi yang sedang berkeliling di jantung Jakarta.

Lantunan musik mereka segera memecah kesibukan CFD. Nadanya riang, tapi membawa beban sejarah yang panjang. Beberapa pengunjung berhenti, lalu mengangkat ponsel untuk merekam. Kelompok ini ternyata berasal dari Sanggar Betawi Aljabar yang markasnya di Tangerang.

Fajar Hardian, salah satu pemainnya yang berusia 30 tahun, menyeka keringat sambil tetap memegang alat musiknya.

"Sanggar Betawi Aljabar nama grupnya," katanya.

Ia bercerita kalau hari itu mereka dapat panggilan untuk meramaikan CFD. Bagi Fajar, Tanjidor lebih dari sekadar hiburan. Ini soal menjaga budaya agar tidak hilang ditelan zaman. Tapi tantangannya nyata. Minat anak muda, menurutnya, sudah jauh berkurang.

"Ya kita sih memang buat mempertahankan gitu, kebudayaan. Sebab kan kalau memang kita lihat di zaman sekarang ini ya, mana mau sih ya anak-anak zaman sekarang main Tanjidor kayak gini," ucap Fajar.

Karena itulah, setiap panggung sekecil apa pun sangat berarti. Itu jadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa tradisi ini masih hidup.


Halaman:

Komentar