Banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara baru-baru ini menyisakan duka. Tapi di balik bencana itu, ada cerita lain yang menggelitik. Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, angkat bicara. Menurutnya, ada dua desa di wilayahnya yang patut jadi perhatian serius. Dugaan kuat, di sanalah praktik pembalakan liar dan alih fungsi lahan untuk sawit marak terjadi tepat di lereng-lereng curam yang seharusnya dilindungi.
“Dan juga selama ini ada dua desa yang itu menjadi atensi kita, karena selama ini terjadi perubahan alih fungsi di desa tersebut, alih fungsi lahan,” ucap Masinton di Polres Tapanuli Tengah, Sabtu (27/12).
Ia menyebut nama Desa Sait Nihuta Kalangan II dan Desa Saur Manggita di Kecamatan Tukka. “Banyak itu kayu ditebangin, kemudian diganti jadi tanaman sawit, yang seharusnya tidak boleh ditanam sawit di lereng-lereng perbukitan yang curam tersebut,” tambahnya.
Nah, buktinya terlihat jelas saat banjir datang. Gelondongan kayu dalam jumlah besar hanyut terbawa arus. Bupati yang juga politikus PDIP ini meyakini, kayu-kayu itu sumber utamanya dari kedua desa tadi.
“Maka kalau kita lihat di bawah gelondongan kayu itu sumber terbesar itu dari kedua desa tersebut,” tegasnya.
Masinton tak main-main. Menurutnya, penegakan hukum harus benar-benar ditegakkan agar ada efek jera. Pelaku pembalakan liar dan perusak fungsi kawasan bukit tak boleh dibiarkan.
Artikel Terkait
Ketinggalan di Usia Dua Puluhan: Mengapa Perjalananmu Tak Perlu Dibandingkan
Istidraj: Ketika Kemudahan Dunia Justru Menjadi Jebakan
Zelensky di Luar Negeri, Rusia Klaim Kuasai Dua Kota Kunci di Timur Ukraina
Ayam Bersyahadat dan Pelajaran Toleransi di Hutan Kalimantan