Kericuhan di Lhokseumawe: Saat Bendera GAM Berkibar dan TNI Berhadapan dengan Warga
Suasana di Simpang Kandang, Lhokseumawe, mendadak tebal oleh ketegangan. Beberapa warga membentangkan bendera dengan simbol yang punya sejarah panjang: bendera Gerakan Aceh Merdeka. Aparat TNI yang berada di lokasi pun merespons. Insiden ini, yang terjadi di tengah nestapa banjir bandang yang masih melanda Aceh, langsung menyita perhatian. Banyak yang khawatir, salah langkah kecil bisa memicu dampak sosial yang lebih dalam.
Pengamat intelijen dan geopolitik, Amir Hamzah, punya pandangan jelas. Menurutnya, TNI harus sangat berhati-hati, jangan sampai terpancing oleh aksi yang sifatnya simbolik itu. "Pendekatan yang keras justru bisa memperlebar jarak," ujarnya.
Amir Hamzah menegaskan hal itu pada Jumat lalu. Ia melihat waktu kejadian ini sungguh sensitif. Saat ribuan orang masih berjuang menghadapi banjir, fokus seharusnya pada penyelamatan dan solidaritas.
tegasnya lagi. Setiap gesekan di Aceh, baginya, punya risiko tersendiri. Ia mudah sekali ditarik ke narasi lama tentang luka, ketidakadilan, dan trauma. Inilah yang membuat dinamika di sana berbeda dengan daerah lain.
Di sisi lain, Amir menyoroti peran sentral Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem. Figur ini bukan sekadar kepala daerah. Dia adalah mantan tokoh GAM yang punya legitimasi kuat di mata banyak warga Aceh.
kata Amir. Karena itu, langkah pemerintah pusat dan TNI, dalam pandangannya, harus selaras dengan kepemimpinan Mualem. Mengabaikannya bisa menimbulkan kesan bahwa Jakarta tak paham Aceh.
Dari kacamata intelijen, Amir menilai aksi pengibaran bendera itu lebih sebagai ekspresi simbolik. Bukan ancaman militer atau kebangkitan separatis bersenjata seperti zaman dulu.
Artikel Terkait
Polri Bor 300 Sumur Darurat untuk Korban Bencana di Sumatera
Netizen Pusing Dihujani Cocoklogi Outfit, Tanya Urgensinya untuk Bangsa
Cinta Segitiga Berujung Maut, Oknum Polisi Cekik Mahasiswi di Mobil
Tim SAR Aceh Berjuang di Tengah Dilema Penutupan Operasi Pencarian