Rasa khawatir yang sama ternyata juga dialami Edwin, warga Bekasi. Ia datang dengan rombongan keluarga besar, memanfaatkan momen libur sekolah. Namun, Ancol bukanlah rencana awalnya.
Edwin sebenarnya ingin menghabiskan waktu di dataran tinggi. Tapi informasi soal cuaca buruk dan potensi longsor membuat rencananya berantakan. "Iya, tadinya pengin ke Puncak. Udah mau nyewa tempat," ceritanya.
"Cuma saudara mungkin agak takut ya. Gara-gara kemarin longsor apa gitu kan. Akhirnya kita enggak jadi ke sana."
Selain faktor keamanan, bayangan kemacetan parah di jalur Puncak saat musim liburan juga bikin dia mengurungkan niat. Ia melihat sendiri betapa ramainya jalur itu dari unggahan di media sosial.
"Kayaknya kalau udah liburan gini agak ini ya, agak padat kayaknya. Soalnya ngelihat di IG, di Instagram sama Facebook juga ramai kan," jelas Edwin.
Di balik semua pertimbangan itu, ada hal yang lebih penting bagi Edwin. Berlibur di Ancol akhirnya bukan cuma soal rekreasi biasa. Ini lebih tentang ruang aman untuk menjaga tradisi kumpul keluarga yang semakin jarang.
"Mindset-nya sih kita sebenarnya poinnya untuk ngobrol-ngobrol keluarga sih. Karena kan mungkin setiap ini, kan kadang-kadang kita kalau enggak Lebaran susah untuk ngumpul," pungkasnya. Suaranya terdengar tenang, penuh makna.
Artikel Terkait
Jalur Alternatif Puncak Amblas, Warga Buru-buru Dirikan Jembatan Bambu
Ayah Absen di Rumah: Fenomena Baru yang Menggerus Ketahanan Keluarga
Ribuan Tawon Serbu Jembatan Cisomang, Lalu Lintas Tak Terganggu
Durian dari Warga Gayo Lues untuk Awak Helikopter Bantuan