Kata "melayani" itu sederhana, ya. Cuma delapan huruf. Tapi coba renungkan, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar urusan bantuan atau jasa. Melayani, pada hakikatnya, adalah soal memberi. Bukan cuma barang, tapi perhatian, kasih sayang, dan kepedulian yang tulus kepada sesama. Spirit inilah yang percayalah bisa membawa kesejahteraan, bukan hanya untuk orang yang kita layani, tapi juga untuk diri kita sendiri.
Nah, dalam ajaran Islam, amalan ini punya tempat yang istimewa. Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."
Hadis riwayat Ahmad itu jelas sekali, bukan? Intinya, dengan melayani, kita sedang menebar manfaat. Dan dunia yang penuh manfaat, tentu saja, adalah dunia yang lebih baik.
Lalu, gimana caranya? Bentuknya bisa macam-macam, nggak melulu hal-hal besar. Bisa dengan menolong yang kesusahan, menjenguk saudara yang sakit, atau bahkan sekadar menebar senyum tulus di pagi hari. Poin utamanya satu: ketulusan. Melayani itu soal memberi tanpa pamrih, tanpa menghitung-hitung pujian atau balasan.
Artikel Terkait
Braga Macet Parah, Tapi Pesona Art Deco Tetap Jadi Magnet Wisatawan
Buronan Sindikat Narkoba DWP 2025 Serahkan Diri, Ungkap Modus Selundupkan Kokain dari Malaysia
Hujan Deras Tak Halangi Ribuan Umat di Surabaya Rayakan Natal dengan Doa untuk Korban Bencana
Maninjau Terlanda Banjir Bandang untuk Kesekian Kali, Warga Mengungsi Kembali