Konferensi pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (24/12) siang, berlangsung tegang. Gus Yahya, sang Ketua Umum, tampak menyampaikan sesuatu yang berat. Intinya, upaya islah dengan Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, belum membuahkan hasil. Batas waktu yang diberikan sudah lewat, tapi dari pihak Rais Aam belum ada respons sama sekali.
Menurut Gus Yahya, seluruh upaya ini berawal dari sebuah musyawarah penting. Rapat itu digelar Minggu, 21 Desember lalu, dan dihadiri para sesepuh Mustasyar, perwakilan PWNU se-Indonesia, plus para pengasuh pesantren. Dari situ, muncul kesepakatan untuk mencari jalan damai.
"Nah, waktu itu juga, sebagai tanggapan saya, saya nyatakan siap mengupayakan islah," ujar Gus Yahya.
"Bahkan, siangnya langsung saya kirim pesan lewat WhatsApp kepada Yang Mulia Rais Aam, Kiai Miftachul Akhyar. Isinya permohonan waktu untuk menghadap," lanjutnya.
Usaha itu tak berhenti di situ. Karena khawatir pesan digital tak terlihat, Gus Yahya mengambil langkah lebih formal. Esok paginya, Senin, sebuah surat resmi berstempel PBNU dikirimkan. Tujuannya sama: memohon waktu bertemu. "Surat resmi dengan stempel PBNU saya kirim kepada beliau," tegasnya.
Ada komitmen yang dia pegang. Dia berjanji akan melaporkan hasil upaya islahnya dalam tenggat tiga hari, atau 3x24 jam, setelah pertemuan di Lirboyo. Nah, sekarang waktunya sudah tiba. "Sudah lewat jam 12 hari Rabu. Jadi, ini saatnya saya memberi laporan," kata Gus Yahya. Laporannya? Sayangnya, belum ada jawaban.
Artikel Terkait
Kejagung Serahkan Rp 6,6 Triliun ke Kas Negara, Begini Cara Mengamankan Uang Sebanyak Itu
Malam Khidmat di Katedral, Ribuan Umat Padati Misa Natal
DDII Jabar Tegaskan Sikap: Imbau Umat Islam Hindari Ucapan dan Atribut Natal
Setahun Memimpin, Prabowo Tegaskan Kunci Pemerintahan Efektif Ada di Meritokrasi