Di ruang yang penuh dengan aura keseriusan di Gedung Kejaksaan Agung, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan sesuatu yang jauh melampaui sekadar pidato formal. Intinya sederhana namun berat: kesediaannya untuk mengorbankan nyawa demi rakyat Indonesia. Bagi Prabowo, wafat dalam pengabdian bukanlah tragedi, melainkan sebuah kehormatan tertinggi yang bisa diraih seorang pemimpin.
"Saya dipilih, saya dilantik, saya akan mati untuk rakyat Indonesia," ujarnya dengan tegas, Rabu (24/12) lalu.
Kalimat itu ia lontarkan tanpa keraguan. "Bagi saya, mati untuk rakyat kehormatan," sambungnya.
Di tengah acara penyerahan hasil penyelamatan keuangan negara itu, Prabowo mengajak semua yang hadir untuk merenung. Hidup ini singkat, dan setiap orang pasti akan pergi meninggalkan sesuatu. Jejak itulah yang akan dikenang.
"Gajah mati meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang, dan manusia meninggalkan nama," katanya, mengutip peribahasa yang sarat makna.
Nah, menurutnya, nama baik itu didapat dari perjuangan membela hal-hal yang luhur. Pengabdian kepada kebenaran, kepada rakyat kecil, dan untuk masa depan bangsa adalah jalan terbaik. Dengan begitu, ketika saatnya tiba, seseorang bisa menghadap Sang Pencipta dengan hati yang ikhlas dan penuh ketenangan.
Artikel Terkait
Malam Khidmat di Katedral, Ribuan Umat Padati Misa Natal
DDII Jabar Tegaskan Sikap: Imbau Umat Islam Hindari Ucapan dan Atribut Natal
Setahun Memimpin, Prabowo Tegaskan Kunci Pemerintahan Efektif Ada di Meritokrasi
Pemerintah Pastikan BLT dan Bantuan Rp 8 Juta untuk Korban Bencana Sumatera