“Nek tangi sing esuk, ben ora telat,” katanya dengan suara yang tenang, sesaat setelah saya turun di depan gerbang sekolah.
Kalimat sederhana itu, dalam bahasa Jawa yang halus, ternyata melekat kuat dalam ingatan. Pesannya jelas: kalau bangun pagi, tidak akan telat. Sebuah nasihat yang polos, tapi terasa sangat dalam bagi seorang anak kelas dua yang hampir tertinggal pelajaran.
Prijono, Kotagede, Yogyakarta
Artikel Terkait
Makan Bergizi Gratis Tersedia, Nilai Matematika Siswa Malah Nyangkut di Angka 30-an
Seribu Lebih Nyawa Melayang, Status Bencana Nasional Masih Digantung
Ancol Batalkan Kembang Api Tahun Baru, Unggulkan Solidaritas untuk Korban Bencana
Burhanuddin Angkat Bicara Usai OTT KPK: Saya Bersyukur Dibantu