Gen Z dan Tarot: Mencari Pegangan di Tengah Badai Kecemasan

- Rabu, 24 Desember 2025 | 08:06 WIB
Gen Z dan Tarot: Mencari Pegangan di Tengah Badai Kecemasan

Nah, di sinilah psikologi punya istilah “illusion of control”. Sederhananya, kita cenderung merasa punya kendali atas hal-hal yang sebenarnya acak dan nggak bisa kita atur. Tarot dan manifesting, secara nggak langsung, menawarkan narasi penenang: seolah-olah ada pola, ada rencana, di balik semua ketidakpastian yang bikin pusing itu.

Lalu, Mengapa Bisa Terasa Relevan?

Coba perhatikan bahasa dalam konten tarot. Umumnya sangat luas dan terbuka. “Kamu mungkin sedang merasa ragu dengan suatu pilihan,” atau “Ada energi baru yang akan masuk.” Kalimat-kalimat semacam ini gampang banget dikait-kaitkan dengan pengalaman pribadi siapa pun. Ini namanya Barnum Effect.

Otak kita juga memang sudah “diprogram” untuk mencari pola dan makna dari sesuatu yang ambigu. Jadi, ketika lagi sedih atau bimbang, kita akan lebih mudah menyambungkan simbol kabur dari kartu tarot dengan masalah pribadi. Hasilnya? Terasa personal dan mengerti banget, padahal maknanya kita sendiri yang menyusun.

Bagus atau Nggak, Sih, Buat Mental?

Sebagai alat refleksi dan penenang emosi, tarot sebenarnya bisa bermanfaat. Asalkan, jangan dijadikan satu-satunya kompas untuk mengambil keputusan besar hidup. Bahayanya kalau keterusan, kita bisa kehilangan kemampuan mengelola emosi secara mandiri. Semua diserahkan ke kartu.

Namun begitu, kalau disikapi dengan sadar, aktivitas ini bisa memaksa kita untuk berhenti sejenak. Ambil napas. Merenung. Dan mempertimbangkan lagi langkah-langkah ke depan. Dalam batas wajar, simbol-simbol ini bisa jadi alat bantu, bukan penentu takdir.

Pada akhirnya, di tengah hiruk-pikuk dan kecemasan yang nyata, wajar kalau Gen Z mencari pegangan. Dari kacamata psikologi, tren tarot dan manifesting ini lebih dari sekadar gaya spiritual. Itu adalah cermin dari kebutuhan dasar manusia: untuk merasa aman dan punya arah. Selama kita tetap kritis, rasa “kendali” semu dari kartu itu bisa jadi awal yang baik untuk memahami diri sendiri bukan untuk menyerahkan kendali atas hidup kita sepenuhnya.


Halaman:

Komentar