Rakit Pelepah Pisang dan Perjuangan 24 Jam Evakuasi Ibu Hamil di Tengah Banjir Bandang Aceh

- Selasa, 23 Desember 2025 | 19:18 WIB
Rakit Pelepah Pisang dan Perjuangan 24 Jam Evakuasi Ibu Hamil di Tengah Banjir Bandang Aceh

Banjir bandang yang menerjang Aceh Tamiang akhir November lalu benar-benar menghadirkan situasi mencekam. Air menggenang tinggi, memutus jalan, dan mengisolasi warga. Tapi justru di tengah bencana itu, terpancar sebuah aksi heroik yang sulit dilupakan. Kisahnya tentang sekelompok prajurit TNI yang nekat menyelamatkan nyawa seorang ibu hamil, saat segalanya tampak mustahil.

Semua berawal pada 26 November, ketika air dengan cepat mulai menyapu markas Kompi Senapan A, Batalyon Infanteri 111 Karma Bhakti. Kepanikan pun tak terhindarkan. Di antara yang harus segera dievakuasi, ada tiga ibu hamil. Salah satunya adalah istri dari seorang anggota TNI sendiri, yang kondisinya sudah sangat kritis Hari Perkiraan Lahirnya sudah tiba.

Ketika Rakit Darurat Jadi Satu-Satunya Jalan

Situasi berubah semakin genting. Air terus naik, mencapai atap bangunan kira-kira lima meter tingginya. Tim SAR pun kewalahan. Mau tak mau, para prajurit itu harus berpikir cepat, memutar otak dengan apa yang ada di sekitar mereka.

Lalu, terlihatlah sejumlah pohon pisang. Hanya dengan peralatan seadanya, mereka menebang pelepahnya dan merakitnya menggunakan tali. Jadilah sebuah rakit darurat yang menjadi tumpuan harapan.

Kapten Infanteri Riosi Supajaya Pratama, Komandan kompi tersebut, masih jelas mengingat detik-detik mencekam itu.

"Kami berinisiatif membuat rakit dari pohon pisang. Kami turunkan ibu tersebut dari lantai dua ruko tempat pengungsian menuju rakit. Ada sekitar 10 anggota yang mengawal dan mendorong rakit tersebut menerjang arus yang sangat kuat, terutama di depan kantor Bupati di mana banyak rumah dan mobil hanyut," ujar Kapten Riosi, Selasa (23/12).

Perjalanan yang seharusnya singkat, akhirnya memakan waktu lebih dari tiga jam. Mereka berjuang melawan arus deras hanya untuk mencapai bidan desa. Sayangnya, harapan pupus sudah. Peralatan medis di sana tak memadai.

Mereka pun tak punya pilihan lain. Dengan tekad bulat, para prajurit itu terus mendorong rakit daruratnya, menempuh jarak 8 kilometer menuju RSUD Aceh Tamiang. Tenaga mereka terkuras, tapi semangat penyelamatan tak boleh padam.


Halaman:

Komentar